Forum Dosen Indonesia
Merupakan organisasi yang didirikan tanggal 24 Agustus 2013, bersifat independen yang tidak terikat langsung dengan institusi anggotanya dan berbasis teknologi informasi. Didirikan dengan maksud melakukan advokasi untuk tujuan pengembangan kualitas dosen dan pendidikan tinggi Indonesia.
Forum Dosen Indonesia di Internet
1) Kuning / Emas : Pendidikan, mencetak generasi emas Indonesia, 2) Biru Langit : Penelitian, seperti langit tanpa batas yg dapat dicapai sebatas kekuatan manusia, 3) Hijau : Pengabdian masyarakat yang lebih bersifat kerelawanan, bekerja demi amal, 4) Merah dan putih : Indonesia.
ORMAS Dosen Indonesia
Berawal dari Grup Dosen Indonesia di Facebook menjadi ORMAS Dosen
Sabtu, 09 Desember 2017
Seminar Nasional dengan tema "“Perkembangan Penelitian dari Perspektif Metodelogi & Implementasinya”
Sabtu, 04 November 2017
International Conference FDI
Hari ini acara inti konferensi internasional Forum Dosen Indonesia di Hotel Gammara, setelah tadi malam dibuka pada acara welcome dinner di Rumah Dinas Walikota Makassar. Acara dimulai dengan sambutan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia yang diwakili oleh Chairman of Agency for Marine and Fisheries Research and Human Resources of Ministry of Marine Affairs and Fisheries, M. Zulficar Mochtar. Dalam sambutannya, M. Zulficar Mochtar menjelaskan potensi dan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sumberdaya kelauatan dan perikanan dunia dan Indonesia. Situasi saat ini, jika terus berlanjut maka tak lama lagi manusia akan butuh bumi lain untuk melanjutkan kehidupan.
Selanjutnya beliau menekankan perlunya semacam redefinisi peran perguruan tinggi dan para dosen. Belakangan ini profesi dosen sangat serius berupaya meningkatkan publikasi-publikasi ilmiah bertaraf internasional terindeks semacam Scopus, Thomson dan sebagainya. Kita menyadari bahwa publikasi-publikasi ini sangat penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan. Namun, ada hal-hal yang saat ini justeru sangat membutuhkan konsentrasi serius dari civitas akademika yaitu melahirkan karya-karya yang bersifat penyelesaian masalah, merespon masalah-masalah dan tantangan kondisi kelautan dan perikanan kita hari ini. Lebih jauh lagi, perguruan tinggi diharapkan mampu melahirkan lulusan-lulusan yang siap pakai di dunia kerja nyata.
Pandangan yang disampaikan oleh M. Zulficar Mochtarsebelumnya juga sempat dibahas oleh Sekretaris FDI, Irmawati Sagala, pada saat menyampaikan ulasan buku Sang Pendidik : Jalan Terang Penuh Cinta yang diluncurkan tadi malam. Dalam uraiannya, Irmawati Sagala menyinggung masalah keseimbangan komposisi implementasi tridharma perguruan tinggi, di mana belakangan ini tuntutan terhadap dharma penelitian dan pengabdian kepada masyarakat seperti mengesampingkan peran pendidikan/pengajaran. Sepintas terkesan bahwa prestasi dan prestise dosen diukur dari publikasi-publikasi ilmiah. Lalu bagaimana dengan fungsi pendidikan/pengajaran ? Beberapa kasus mulai menunjukkan keluhan terhadap menurunnya alokasi sumber daya dosen dalam dharma ini. Untuk itu, ke depan organisasi profesi dosen perlu melakukan advokasi kebijakan publik untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terkait pendidikan tinggi hari ini.
Dilaksanakannya konferensi on Frontier of Science and Society ini diharapkan menjadi salah satu jawaban terhadap kebutuhan solusi bagi pembangunan kemaritilan dan kelautan Indonesia. Selamat dan sukses untuk selua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan konferensi ini.
Selasa, 02 Mei 2017
Hasil Musda FDI DPD Provinsi Aceh
Wahyuddin Abra Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh (FEB Unimal) terpilih sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah Forum Dosen Indonesia (DPD FDI) Aceh periode 2017-2020. Ia terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Daerah (Musda) Perdana DPD FDI Aceh di Aula Meurah Silue Gedung Pascasarjana FEB Unimal pada Minggu (23/4/2017).
Sedangkan Sekretaris dijabat Sifa Saputra (universitas Al Muslim Bireuen) dan Bendahara dijabat Malahayati. Musda tersebut diikuti 183 dosen dari 31 perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Aceh. Kegiatan itu dibuka Rektor Unimal yang diwakili Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Dr Anwar.
Dalam sambutannya, Wahyuddin menyampaikan "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan peserta musda untuk memimpin FDI Aceh periode perdana. Semoga wadah ini bisa menjalin silaturrahim dan membentuk networking diantara sesama dosen di Aceh. Kita juga berharap kehadiran wadah FDI ini akan menjadi forum diskusi tentang berbagai hal menyangkuut kondisi dosen di Aceh yang ada di PT negeri dan swasta".
sumber : http://aceh.tribunnews.com/2017/04/23/wahyuddin-pimpin-forum-dosen-aceh (modifikasi)
Sabtu, 29 April 2017
Seminar Nasional FDI DPD NTB
Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar rakyat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sayangnya kekayaan di Negara ini belum banyak dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. Walaupun dikenal dengan Negara agraris, untuk memenuhi kebutuhan rakyat Negara ini terpaksa harus mengimpor barang atau komoditi yang dibutuhkan dalam Negeri seperti Beras, sapi, jagung, kedelai dan lain-lain.
Melihat realitas tersebut Pemerintan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan torobosan untuk meminimalisir Impor baik Sapi, jagung dan lain-lain dengan Program Pengembangan Sapi, Jagung dan Rumput Laut atau lebih populer dengan sebutan “Pijar”. Provinsi NTB merupakan salah satu provinsi berkepulauan yang ada di Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 5 juta jiwa. Provinsi NTB merupakan gabungan dua pulau besar yakni pulau Lombok dan pulau Sumbawa.
Dari sepuluh Kabupaten/ Kota Se-Provinsi NTB, terdapat satu Kabupaten yang telah sukses mengembangan Program Pijar yakni Kabupaten Dompu. Selama tujuh tahun terakhir Pemerintah Kabupaten Dompu fokus mengembangkan Program Pijar. Namun tujuh tahun tersebut hasil dari Pijar ini belum mampu diolah sehingga dapat menghasilkan nilai tambah dengan cara industrialisasi hasil pijar. Industrialisasi diharapkan dapat mendukung kebutuhan pangan Nasional sehingga Keran impor dapat diminimalisir dengan demikian akan terwujud kedaulatan Pangan Indonesia.
Jumat, 24 Maret 2017
WORKSHOP PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN OLEH FDI SULSEL DAN STIE AMKOP
Rabu, 22 Maret 2017
Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Senin, 20 Maret 2017
IMPLEMENTASI CUTI SABBATICAL DI INDONESIA
Kamis, 16 Maret 2017
Rabu, 15 Maret 2017
PELANTIKAN DAN PENGUKUHAN DPC FDI SELATAN RAYA
![]() |
Pemateri seminar oleh Syamril S.T., M.Pd,
dari Kalla Group,
Sekjen FDI Irma Sagala,
Tomi Satria Y. S.Ip, selaku Wakil Bupati Bulukumba,
Ketua FDI Sul-SeL,
dan Ketua DPC FDI Selatan Raya
|
![]() |
Peserta seminar dan pelantikan kepengurusan FDI SulSel |
![]() |
Proses Pelantikan Kepengurusan DPC FDI Sul-Sel |
Sementara Syamril menyatakan kesiapan Kalla Group untuk bersinergi dengan FDI, Yayasan Kalla intens bekerjasama dengan kampus, melalui desa binaan, beasiswa tugas akhir dan pengembangan daerah, Juga turut menjaga pewarisan nilai-nilai budaya Budaya Bugis-Makassar. “Semoga ini menjadi awal yang baik, mengawali itu mudah, tapi untuk menjalankan dengan konsisten itu tantangannya,” ujar Alumnus ITB ini. Sedangkan, Ketua DPC FDI Selatan Raya Suardi menyampaikan, Selatan Raya akan mengkoordinir dosen-dosen yang berada pada lima kabupaten, yakni Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai dan Selayar. Tentu ini bukan hal yang mudah, tapi di situlah tantangannya. Dalam waktu dekat akan ada konsolidasi melalui raker.
by, Irfan Page
Jumat, 10 Maret 2017
SEMINAR KEBUDAYAAN DAN PELANTIKAN DPC FDI SELATAN RAYA
Senin, 06 Maret 2017
MATERI BIMTEK PENULISAN ARTIKEL JURNAL ILMIAH INTERNASIONAL 2017
1. Intro Academic Research
2. Intro 2 Writing-title-abstract-intro
MATERI BIMTEK-PUBLIKASI ILMIAH-DR. NIZAR
Principles of Transparency and Best Practice in Scholarly Publishing
hasil check turnitin log visualisation
Code of conduct for publishers FINAL_10
Academic Writing – MAyu – Kopertis3
ABSTRACT
Active Office
AI-Method-inBrief
Critical Review
Prior and Related Work in an Intelligent Environment
Related Work in User Activity
User Mobility
Sumber : Kopertis3.or.id
Sabtu, 04 Maret 2017
Dosen Bukan Guru ? Ah.....
Ketika aku kembali menengok warung itu, ingatan tentang citra itu kembali mengusikku, khususnya ketika mulai ada bara api (lagi) dalam diskusi seputar sistem organisasi profesi yang barusan lahir itu. Di sinilah kusadari sepenuhnya bahwa fakta baru ambiguitas tampilan perilaku dosen saat ini, memang nyata. Tidak sekali dua kami menyuarakan kebencian dan alergi kronis terhadap makhluk bernama politik dengan segala segi dan variannya, tetapi kami menerapkan ‘politik’ itu dalam setiap sendi kehidupan masyarakat akademik, juga lengkap dengan segala sendinya. Kami bicara tentang budi pekerti, pendidikan karakter, keteladanan, tetapi ternyata itupun hanya pajangan dalam kurikulum dan buku-buku acuan di sudut-sudut lemari ruang kerja. Betapa mudahnya menuding, melempar fitnah, bersikap egois, menginjak teman, menghalalkan segala cara, hanya sekedar untuk mendapatkan pengukuhan eksistensi diri sebagai ‘orang penting’, kesejahteraan, dan kenyamanan. Betapa ringannya menepiskan hasil kerja keras sejawat yang dibangun di atas tetesan keringat, airmata dan darah, hanya karena tergiur kemolekan bayangan kekuasaan. Duh Gusti ....... !
Citra dosen sebagai pendidik, sebagai ‘guru’, yang ditanamkan ibuku dulu, pecah berkeping-keping. Ibuku adalah seorang guru SD, yang ‘hanya’ berpendidikan SGA (selevel SMA saat ini), yang telah mengabdikan hidupnya sebagai ‘akademisi’ secara nyaris sempurna. Kalau kutengok pangkat terakhirnya adalah golongan 4C, saat ini sudah nyaris setara dengan profesor. Toh dia hanya berakhir sebagai Kepala Sekolah di kecamatan kecil, mengajukan pensiun dini saat menyadari ketidakmampuannya memenuhi tuntutan perkembangan kualitas dunia pendidikan terhadap siswa SD. Tidak pernah mau menerima pengangkatan sebagai Penilik Sekolah, meskipun menjanjikan gaji yang menggiurkan, karena sadar tidak bakal mampu memperjuangkan nasib rekan-rekan guru sukwan di lingkungannya. Dan dia, cuma lulusan SGA.
Dosen, di mata ibuku, adalah guru. Maka aku sebagai dosen, wajib menampilkan diri, mencitrakan kepribadian yang wajib digugu lan ditiru. Pantas dipatuhi dan diteladani. Hari-hari pertamaku sebagai dosen adalah hari-hari penuh pesan, wejangan dan pitutur, tentang bagaimana bersikap dan mengusung kewajiban sebagai dosen. Bahwa dosen adalah orangtua bagi mahasiswanya, saudara bagi rekan kerjanya, sahabat bagi karyawan di lingkungannya, dan pelopor bagi masyarakat sekitarnya. Bahwa karena ‘siswa’-ku adalah mahasiswa dengan jadwal kuliah yang ‘tidak beraturan’, tidak seperti level pendidikan dasar dan menengah, maka aku harus bersedia meluangkan waktuku menerima ‘rengekan’ mahasiswaku kapan pun mereka muncul. Itulah yang membuat pintu rumahku terbuka 24 jam bagi siapapun yang bergelar ‘mahasiswa’.
Dengan predikat-predikat yang tersandang itu, kunci keberhasilan seorang pendidik terletak pada konsistensinya menjaga kesesuaian ucapan dan tindakannya. Ini, sangat sulit dilakukan, karena itu berarti harus siap menerima ‘kekalahan’ dari sisi pandang kalayak umum. Demi citranya sebagai benteng moral peradaban bangsa, pendidik harus mampu menahan diri tidak melakukan korupsi meskipun sangat tahu cara menghindari resikonya. Meskipun dikejar tuntutan kepangkatan, pendidik harus mampu menjaga kualitas karya yang menjadi syarat teraihnya pangkat tersebut. Meskipun bisa, pendidik sangat tabu menarik tambahan biaya pendidikan di luar yang semestinya dibayarkan siswanya. Itu semua contoh-contoh kecil yang lazim menjadi godaan bagi setiap pendidik dalam kehidupan profesinya sehari-hari, yang berdampak pada lambatnya peningkatan kesejahteraan kehidupannya dalam pandangan masyarakat, dari sisi pandang stabilitas perekonomian dan gengsi pergaulan. Itulah sumber slogan bahwa guru, pendidik, dosen, adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Meskipun, minimum, di mata ibuku, itu adalah ruh profesi, bukan sekedar slogan.
Lalu, kolega-kolegaku menyatakan bahwa dosen bukan guru, hanya karena isu remunerasi. Lalu, isu yang memercik dari kepingan uang ini menyebarkan virus-virus turunannya dalam bentuk kekuasaan, gemerlapnya tampuk pimpinan, peneguhan eksistensi diri, dan indahnya berlenggok di bawah sorotan ‘lampu mercuri’. Lalu, itu juga mengancam nyawa bayi organisasi yang disemai bertahun-tahun, oleh keluarga kecilku. Bayi yang diharapkan dapat menghantarkan bangsa ini menuju masa keemasan generasi penerus. Bayi yang dengan susah payah diajarkan makna kasih sayang dan kemurnian profesi pendidik. Bayi yang telah menjadi yatim sebelum lahir. Oh, no ......... :’(
Dosen bukan guru, karena dosen juga mengabdi dan meneliti. Dosen bukan guru, karena guru hanya mengajar semata. Dosen bukan guru, karena dosen bisa menjadi profesor. Tetapi profesor adalah guru besar. GURU BESAR ! Jadi, dosen bukan guru ? Ah ...........
Ketua Umum DPD Jawa Timur
Email : nfinahari@fdi.or.id
Jumat, 03 Maret 2017
DPD FDI Sulsel Menyelenggarakan International Conference Bidang Maritim
Deskripsi International Conference diuraikan sebagai berikut :
Indonesian maritime perspectives came up into public discourse again after the presidential election of 2014 ended. The newly installed President, Mr. Joko Widodo (known as Jokowi) has stated in his vision statement submitted prior to election, then adopted as his presidential political manifesto, to: “(1) focus on strengthening Indonesia’s maritime security, (2) expand the canvas of regional diplomacy to cover the entire region of the Indo-Pacific, and (3) project the Indonesian navy as a respected regional maritime power in East Asia” (Liow & Shekhar, 2014). During presidential campaign, Jokowi repeatedly announced his willingness to transform Indonesia into a “global maritime axis” (poros maritim dunia). In a minute after his inauguration as the 7th President of Republic of Indonesia, Jokowi clearly instructed his newly establish cabinet to adopt the maritime vision into policy.
Indonesian Lecturer Forum organized the International Conference on Frontiers of Sciences and Society 2017. This conference is important as this is one of the Indonesia’s visions to focus on strengthening Indonesia’s maritime security simultaneously to broaden the Uniqueness of region
ABSTRAC DAN PAPER GUIDELINES
Papers from conference will be considered for submission in a number of leading maritime Proceedings and journals. Researchers are asked to submit an abstract of 200 words maximum before April 1st, 2017. Abstracts should contain the title, author’s names and affiliations, correspondence email, along with the background, purpose, method, results, conclusions, and a maximum of five keywords. The abstract should be formatted as Times New Roman, 12 point, single spaced, and with no footnotes or special formatting, characters or emphasis (such as bold, italics or underline). Abstracts should be emailed to ic.fdisulsel@gmail.com. Full paper submissions are due by August 21st, 2017. Further information is available from ic.fdisulsel@gmail.com and http://sulsel.fdi.or.id/ic2017
KEYNOTE SPEAKER
- Dr. John Barnett Welfield, Diplomatic Academy of Vietnam
- Phil. Timo Marcus Dulle, Bonn University, Germany
- Dr. Jamaluddin Jompa, Hasanuddin University, Indonesia
- Dr. Ekwan Toriman, Malaysia National University, Malaysia
- Jepang Expert
- Dr. Ekhwan Toriman, Universiti Kebangsaan Malaysia
- Dr. Syahnur Said, Universitas Muslim Indonesia
- Megawati Santoso Ph. D (Bandung Institute Technology)
- Prof. Iqbal Jawad, Universitas Hasanuddin
- Prof. Azrin Adnan, Universiti Sultan Zainal Abidin, Malaysia
- Dr. Mazlin Mokhtar, Universiti Kebangsaan Malaysia
- Prof. Dr. Mukhtasar Syamsuddin, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
- Dr. Saleh Tajuddin, Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar
- Dr. Mudjia Rahardjo, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia
- Prof. Dr. Kamarul Shukri Mat Teh, Universiti Sultan Zainal Abidin, Malaysia
- Komang Mertayasa, Bandung Institute Technology
- Assoc. Prof. Iqbal Jawad, Universitas Hasanuddin
Participants
Timeline
- Abstract submission due : April 1st, 2017
- Notification of Acceptance : June 1st, 2017
- Paper submission due : August 21st 2017
- Registration due : September 18th, 2017
- Conference date : November 3th to 5th 2017
The Conference will be held on: Friday to Sunday, November 3th to 5th 2017, the venue will be arranged in: Novotel Hotel, Makassar, Indonesia.
Output
1. Direct output:
- Program book (consist of abstract of all presenter)
- Conference Proceeding indexed by Thomson rauters and Scopus
Publication in selected or targeted high journal (indexed by DOAJ, Thompson Reuters, or Scopus)
CONFERENCE OUTLINE
1. Academic Seminar
- Dr. John Barnett Welfield, Diplomatic Academy of Vietnam
- Phil. Timo Marcus Dulle, Bonn University, Germany
- Dr. Jamaluddin Jompa, Hasanuddin University, Indonesia
- Dr. Ekwan Toriman, Malaysia National University, Malaysia
- Japan expert or any countries in marine transportation
The conference will facilitate presentation of paper prepared by scholar, academician, researcher, as well as policy maker from around the world. To systemize the session, the parallel sessions will be divided into 3 (three) distinct panel, namely:
- Social (optimally of service, role of law, and sea area protection; utilization potency, management, and developing of sea resources and archipelago; exploration of oceanic resorces potency and fishery for development of health, social, political, culture, and economy; arrangement of management and developing of seashore and costal area; maritime culture).
- Science and Technology (sea toll infrastructure technology and oceanic zone transporttion, food and energy based on oceanic; mitigation of disaster and conservation oceanic zone; technology of shipping industry costal area; system and management of port)
- Education (the education of curriculum based on maritime; science technology).
Minggu, 05 Februari 2017
Organisasi Profesi ; Antara Kebutuhan dan Realitas
Agenda ke Depan
