Forum Dosen Indonesia

Merupakan organisasi yang didirikan tanggal 24 Agustus 2013, bersifat independen yang tidak terikat langsung dengan institusi anggotanya dan berbasis teknologi informasi. Didirikan dengan maksud melakukan advokasi untuk tujuan pengembangan kualitas dosen dan pendidikan tinggi Indonesia.

Forum Dosen Indonesia di Internet

1) Kuning / Emas : Pendidikan, mencetak generasi emas Indonesia, 2) Biru Langit : Penelitian, seperti langit tanpa batas yg dapat dicapai sebatas kekuatan manusia, 3) Hijau : Pengabdian masyarakat yang lebih bersifat kerelawanan, bekerja demi amal, 4) Merah dan putih : Indonesia.

ORMAS Dosen Indonesia

Berawal dari Grup Dosen Indonesia di Facebook menjadi ORMAS Dosen

Minggu, 20 Maret 2016

GIZI SEIMBANG BAGI DOSEN

OLEH :IR. LAKSMI WIDAJANTI, M.SI (DEP. ILMU GIZI FKM UNDIP)

Dosen pendidik dapat dikatakan sebagai dosen ideal.  Sebagai pendidik dosen menerapkan filosofi Ki Hajar Dewantara; Ing Ngarso Sung Tulodho (Di depan memberikan contoh keteladanan integritas-karya-karsa), Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah membangun komunikasi dan informasi untuk menggerakkan diri dan masyarakat secara efektif esien mencapai tujuan bersama), Tut Wuri Handayani (Di belakang memberikan restu dan mengikuti segenap kegiatan yang baik dan benar dari anak didiknya termasuk terhadap yang memimpin di depan dan berkegiatan di tengah serta memastikan tujuan bersama dicapai).
     Sebagai dosen pendidik, pembelajaran pertama dimulai dari diri sendiri melalui pemilihan kata-kata dan kalimat dalam bentuk ucapan maupun tertulis yang baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat.  “Ajining diri gumantung ono ing lathi”; penghargaan diri oleh diri sendiri dan orang lain ditentukan dari kualitas apa yang diucapkan oleh lisan. Termasuk di dalamnya kaidah moral, etika, integritas diri, kearifan dan kebijaksanaan yang melekat pada diri dosen.  Kata kuncinya tidak ada manusia yang sempurna sehingga membutuhkan pembelajaran terus menerus untuk mencapai dengan baik kriteria ini.
Mengingat kegiatan dosen dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi berlangsung terus menerus secara intens, maka diperlukan kecukupan gizi sehari-hari agar tetap sehat, cerdas, dan produktif.
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) bertujuan untuk memberikan panduan konsumsi makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip konsumsi anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal. Terdapat empat pilar Gizi  Seimbang yaitu : 1. Mengonsumsi aneka ragam pangan, 2. Membiasakan perilaku hidup bersih,    3. Melakukan aktivitas fisik, 4. Memantau berat badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal (Permenkes RI No. 41 Tahun 2014).
Memperhatikan apa yang akan dimakan apakah halal atau tidak, khususnya bagi Muslimin. Karena dalam Ilmu Gizi berlaku motto “You Are What You Eat”; anda adalah apa yang anda konsumsi, sehingga nampak dalam kesehatan dan perilaku keseharian seseorang. Kesehatan fisik dan mental dosen, serta produktivitas sosial dan ekonomi seseorang dapat dilihat  dari kehalalan makanan, minuman yang dikonsumsi harian, termasuk bila diperlukan suplemen pada hari-hari penuh kesibukan maupun dalam kondisi kesehatan memerlukan tambahan asupan zat gizi di atas kecukupan rata-rata.
     Bersyukur atas kesempatan mendapatkan rezeki sehingga  dapat mencukupi konsumsi makan-minum sehari-hari.  Kebiasaan sarapan pagi di bawah pukul 9 pagi dengan enak dan nyaman;  menentukan kualitas produktivitas sosial dan ekonomi seorang dosen dalam keseharian dan dalam jangka waktu panjang.  Melewatkan sarapan pagi dapat mempengaruhi status gizi diri dosen. Dengan asumsi rata-rata masyarakat termasuk dosen Indonesia makan malam terakhir sekitar pukul 7 malam.  Jadi bila pukul 6-7 pagi waktu setempat sarapan, maka sudah hampir 11-12 jam tubuh dalam kondisi tidak mengkonsumsi zat gizi dari makanan, minuman, maupun suplemen; melainkan mengandalkan metabolisme zat gizi dari cadangan zat gizi yang ada dalam tubuh.
Sarapan atau makan pagi dosen dapat mencukupi 15-30 % dari kecukupan gizi harian dengan menyesuaikan kebiasaan makan, lingkungan, sosial budaya, serta daya beli masing-masing.  Contoh sarapan pagi untuk hidrasi dan sumber energi  tubuh dimulai dengan minum satu gelas teh manis, atau satu cangkir kopi manis, dan minum air putih minimal dua gelas di pagi hari.  Ditambahkan sumber energi, protein, dan zat gizi pelengkap berupa dua-tiga potong sedang ubi jalar, singkong goreng, pisang, pisang goreng, roti bakar, dan juga dapat berupa nasi uduk, nasi goreng, pempek kapal selam, nasi dan lauk pauk.
Apabila sarapan pagi dan makan secara teratur dilaksanakan secara rutin sesuai kebiasaan makan dan adat budaya masing-masing dosen untuk menyuplai energi dan zat gizi terbesar dalam siklus metabolisme zat gizi guna menghasilkan energi untuk bekerja seharian. Pada akhirnya, kebiasaan rutin ini akan menghasilkan ASN atau PNS yang secara fisik dan mental kuat dan tidak mudah jatuh sakit akibat energi yang cukup dan sistem kekebalan yang baik dari asupan zat gizi sehari-hari yang cukup.
Kebiasaan hidup dosen dengan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap diri dan lingkungan. Membiasakan cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir sesaat sebelum dan sesudah makan, dan setelah dari kamar mandi sangat menunjang kebersihan diri sehingga menghindarkan dari penyakit infeksi. 
Menjaga dan membiasakan lingkungan rumah, tempat kerja, fasilitas umum dan khusus tetap bersih dari sampah, maupun dari asap rokok dan bahan berbahaya lainnya.  Membuang sampah pada tempat yang disediakan dan tidak membuang sampah secara sembarangan apalagi di tempat-tempat saluran air.  Membatasi penggunaan sampah plastik dan bahan yang tidak ramah lingkungan.  
Bagi dosen tidak merokok dan bila merokok hanya di tempat yang ditentukan. Kebiasaan membersihkan sisa-sisa bebersih kotoran dengan air yang tersedia secukupnya sehingga kamar mandi tetap bersih dan siap digunakan pengguna berikutnya baik di rumah, di kantor, dan apalagi di fasilitas umum.
Di samping kegiatan rutin bekerja, maka dosen dapat melakukan aktivitas fisik rutin minimal 30 menit dengan menyesuaikan kemampuan tubuh setidaknya  empat kali dalam seminggu. Kondisi dosen yang sehat secara jasmani dan rohani mempermudah untuk bekerja. 
Pemantauan berat badan secara teratur minimal satu bulan sekali sehingga dapat diketahui Indeks Massa Tubuh (Perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat) seorang dosen termasuk kategori normal (IMT 18,5-25,0), kurus dan sangat kurus (IMT di bawah 18,5), atau gemuk dan obese (IMT di atas 25,0).
Dengan berniat dan berupaya bekerja sungguh-sungguh dengan pertolongan Allah SWT, Tuhan YME untuk meminta kemudahan dan kelancaran dalam mempersiapkan dan melakukan proses dan penilaian pembelajaran dengan baik. Dimulai dari membuat perencanaan program pembelajaran baik itu Garis-garis Besar Pokok Pembelajaran (GBPP), Satuan Acara Pembelajaran (SAP), dan Kontrak Pembelajaran (KP) sebelum melakukan Perkuliahan.  Garis-garis Besar Pokok Pembelajaran (GBPP) dan SAP diperbaharui bila ada Peraturan Perundangan yang baru, dan minimal tiap dua tahun sekali ditinjau relevansinya dengan “Learning outcome” atau Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sesuai level pendidikan dan lulusan.  Untuk KP dapat dilakukan pembaruan pada topik dan subtopik sesuai dengan tema terbaru yang akan dibelajarkan sehingga dibuat persemester tiap mata kuliah muncul.
Proses bersikap, berfikir, dan bertindak dosen bersama dengan mahasiswa membutuhkan dukungan gizi yang cukup bersamaan dengan kecukupan referensi, dukungan empati dan fasilitasi dari berbagai pihak, jaringan kerjasama, komunikasi yang baik dan menyenangkan yang dapat dilakukan secara tatap muka maupun lewat online. Melakukan Aplikasi Tindakan Kelas secara berkala di dalam kelas bila dibutuhkan untuk pembaruan metode pembelajaran sehingga menyenangkan dan mudah diterima mahasiswa untuk berubah dan berbuat kebaikan dalam mencapai kompetensi.
 Berbuat dan bekerja dengan dukungan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) yang diperoleh dosen dalam proses hidup, pembelajaran, pergaulan, kerjasama di level terkecil hingga nasional, dan bertahap ke ranah internasional akan memberikan dorongan luar biasa kepada dosen dan mahasiswa untuk bergerak dan berkembang pesat dalam arahan dan keteladanan dosen dan bahkan kreativitas tanpa batas kepada mahasiswa. 
Sekali kepercayaan dan harga diri keilmuan muncul pada diri dosen dan mahasiswa (civitas akademika), maka akan menjadi dorongan untuk terus menerus maju tumbuh dan berkembang guna mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.  Kalau hal yang seperti itu bisa dan dapat diterima oleh hampir semua kalangan, maka akan ada keberanian lebih untuk melangkah dan melangkah lagi lebih panjang dan jauh, lebih luas dan meluas dalam hal kebaikan-kebaikan dan kebenaran-kebenaran dalam penyebaran IPTEKS.
Dosen pendidik membutuhkan dukungan keadilan sosial untuk tumbuh dan berkembang dalam menyebarkan IPTEKS sebagaimana harapan bangsa dan negara Republik Indonesia yang disandarkan kepadanya. Berbagai pujian dan dorongan untuk maju terhadap hal-hal yang telah dan akan dikerjakan akan memberikan suasana kebatinan yang menyenangkan untuk bekerja dan berkarya. Semoga.

Jumat, 18 Maret 2016

Koalisi Jambi untuk Korban Asap

Sebagai bentuk komitmen perhatian terhadap permasalahan sosial bangsa, Forum Dosen Indonesia (FDI) melalui DPD Jambi dan Riau turut memberikan bantuan terhadap korban asap lalu. Di Jambi, FDI  bergabung bersama Koalisi Jambi Melawan Asap antara lain melaksanakan bakti sosial di Desa Sebapo pada 30 Januari 2016 lalu. Semoga diberikan kesabaran bagi para korban dan kesadaran bagi mereka yang merusak lingkungan. Terlebih lagi, kita berharap perhatian serius pemerintah untuk penanggulangan masalah kebakaran hutan yang rutin terjadi setiap tahunnya. Penegakan hukum dan kebijakan pemeliharaan hutan harus menjadi perhatian serius dari pemerintah baik daerah maupun pusat. 
Berikut ini beberapa dokumentasi kegiatan Bakti Sosial di Jambi:


Undangan Koalisi


Forum Dosen Indonesia untuk Jambi



Lokasi Bakti Sosial




Lokasi Jalan dari Tempat Bakti Sosial



Kegiatan Bakti Sosial


Kesibukan Tampa Depan



ttd
Ardi Novra



Forum Dosen Indonesia.

Minggu, 13 Maret 2016

Kiprah Profesi Dosen

Oleh: Laksmi Widajanti (Universitas Diponegoro)

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan, Teknologi melalui Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi). Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka dosen memiliki integritas, profesionalisme, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undan-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara).
Berdasarkan tugas utama yang diemban dosen, maka dosen wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Kualifikasi akademik pada dosen merupakan pendidikan paling rendah yang harus dipenuhi oleh seorang dosen dan dibuktikan dengan ijazah.  Adapun kompetensi pendidik dinyatakan dengan sertifikat pendidik dan atau sertifikat profesi (Peraturan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi).
     Kompetensi dosen sebagaimana tercantum pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional meliputi: 1. Kompetensi Paedagogis, a. Merancang pembelajaran, b. Mengelola pembelajaran, c. Menilai pembelajaran, d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan mutu pembelajaran; 2. Kompetensi Kepribadian; 3. Kompetensi Profesional; 4. Kompetensi Sosial.
     Luaran dari sebuah proses Tri Dharma Perguruan Tinggi; Pembelajaran-pelatihan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat bagi civitas akademika; masyarakat akademik yang terdiri dari dosen dan mahasiswa (Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012) berupa kesadaran dan ketaatan pada hukum Tuhan dan Peraturan perundangan yang berlaku di wilayah Indonesia, kompetensi dan profesionalisme yang dibuktikan dengan (“auditing”) Ijazah, dan sertifikat pendidik dan atau sertifikat profesi, sertifikat pelatihan (Pembicara, Peserta, Panitia), sertifikat seminar (Pembicara, Peserta, Panitia), Buku ajar, Buku Referensi, Buku Petunjuk Praktikum, Paten, Hak Cipta, Koran, Artikel jurnal ilmiah nasional maupun internasional (Gambar 1).

           Gambar 1.  Aktivitas Tri Dharma Perguruan Tinggi
     Input-Proses-Luaran yang dipenuhi dan dicapai memperhatikan dengan memperhatikan faktor lingkungan, sumber bahan ajar, dosen mahasiswa, dan Peraturan Perundangan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.  Sejalan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN berdasarkan UU ASN Tahun 2015, maka perlu peningkatan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang, diperlukan civitas akademika pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani berbuat dan membela kebenaran untuk kepentingan bangsa.
     Harapan menuju dan berada dalam percaturan ilmuwan global sudah dimulai dan akan terus bertumbuh kembang.   Pada saat ini sudah ada dan akan semakin banyak ilmuwan-ilmuwan berbakat dan berakhlak mulia yang muncul dan tumbuh berkembang mendunia dari Indonesia.  Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini tentu presentasenya relatif masih sedikit dan masih sedikit dampaknya bagi masyarakat secara langsung. Adanya kebijakan Hibah-hibah dalam hal pendidikan lanjut, pelatihan-pelatihan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam Program Tri Dharma PT secara terencana dan meluas dari Sabang sampai Meurauke merupakan ide dan angin segar untuk mempercepat laju pertumbuhan dan perkembangan kompetensi dan profesionalisme ilmuwan di Indonesia dengan watak iman-ilmu-taqwa yang baik.
     Sebagai contoh publikasi artikel Laksmi Widajanti dan Dina Rahayuning Pangestuti (Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip) dengan judul : Hazard Analisis Critical Control Points (HACCP) yang diterapkan pada Jenang Kudus dan dampaknya pada Gizi Masyarakat di Journal of Annals Human Metabolism and Nutrition Tahun 2009 Vol. 55, pp. 380-380 Allschwillwrstrasse 10,CH -4009 Basel Switzerland: Karger International (Indeks Scopus Doi:10.1159/000248295) kemungkinan besar memberikan iur pada  penggunaan HACCP yang sebelumnya lebih ditekankan pada Industri Pangan dan diperluas dengan menilai dampak pada Gizi Masyarakat (ISO 22000) pada Tahun 2014.
     Pendirian Laboratorium Pangan Halal dan Gizi yang di inisiasi pada Tahun 2007 dan kemudian dilanjutkan pada Tahun 2010-2011 dan dibuka pada Tahun 2012 pada UPT Laboratorium Terpadu Undip dilanjutkan dengan Pelatihan internal Sistem Jaminan Halal pada Manajemen Laboratorium Pangan Halal dan Gizi dilanjutkan Pelatihan untuk Dosen, Mahasiswa dalam Hal Manajemen Pangan Halal Tahun 2013 memberikan warna dan landasan dasar ketuhanan terhadap bagaimana pentingnya Pedoman Gizi Seimbang (PGS) Tahun 2014 yang dimulai dengan rasa syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
     Konsistensi dan ketekunan pada pengembangan keilmuan spesifik dan yang relevan dengan bidang keilmuan dalam waktu panjang sekitar 30 tahun hingga kini membelajarkan betapa sulit dan butuh kerja keras dan kerjasama secara kerja-kerja kolaboratif guna pengembangan Ilmu Gizi dan memasukkan Pangan Halal dalam Proses Pembelajaran sejak Tahun 2010 di Indonesia. Hal ini bisa jadi merupakan Ilmu Gizi yang pertama di dunia yang mengkaji pangan halal dalam dampak terhadap Gizi Masyarakat.
Sejarah penulis sejak Tahun 1984/1985-1985/1986 masuk Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB), dan Tahun 1986/1987 ketika mendalami S1 Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan dijuruskan di Jurusan GMSK Faperta IPB, Lulus Tahun 1989. Serta menempuh S2 masih dalam bidang Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga PPs IPB Tahun 1993-1996.
Sebagai CPNS Badan Pengelola Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (BP PSKM FK Undip) Tahun 1992 dan PNS Dosen Tetap Tahun 1993 di BP PSKM FK Undip-sebagai cikal bakal FKM Undip pada Tahun 1994; penulis ketika lulus S2 GMK PPs IPB Tahun 1996 dan kembali ke FKM Undip diberi kewenangan penuh untuk mengajar dan menumbuhkembangkan IPTEKS Bidang Ilmu Gizi untuk mahasiswa S1 FKM Undip di Jurusan Gizi FKM Undip pada waktu itu. Sejak awal Tahun 2016 Jurusan Gizi FKM Undip menjadi  Departemen Ilmu Gizi FKM Undip.
Berdasarkan pengalaman dan pengembangan Tri Dharma PT Bidang Ilmu Gizi, menyadarkan dan membelajarkan penulis, bahwa tidak ada yang instant dan serba mudah dalam menghasilkan dan mewujudkan sesuatu yang tadinya tidak ada menjadi ada dan bermakna dalam Tri Dharma PT Bidang Ilmu Gizi tanpa melalui kegigihan, keberanian bertindak, kebijakan dan kearifan, kerja-kerja kolaboratif dalam menumbuh-kembangkan Ilmu Gizi di Indonesia dan bahkan di Dunia.
Prinsip belajar sesungguhnya proses memerdekan dan memandirikan manusia secara adil dan beradab.  Ditinjau dari tujuan pembelajaran sebenarnya proses belajar tiada ada akhir batasnya;  sejak lahir hingga mati. Belajar dapat sendiri dan mandiri dan atau disertai dosen yang membelajarkan ilmu dengan baik dan terstandarkan. Meskipun tidak terlepas ada kemungkinan seseorang yang dengan otodidak dapat membelajarkan dirinya pada level tertinggi akademik.
     Dosen sejatinya seorang guru besar pada tataran selepas Sekolah Menengah Atas (SMA).  Mengingat jenjang anak didik yang bukan lagi remaja, ataupun kalau masuk kategori remaja lanjut mengarah ke dewasa awal dan dewasa, maka proses pembelajaran-pun  perlu mengalami proses transformasi dari pedagogi (prinsip pembelajaran untuk anak-anak) ke andragogi (prinsip pembelajaran untuk orang dewasa).  Karakteristik anak didik yang berbeda tentu menghasilkan tata cara proses pembelajaran yang berbeda pula dengan lingkungan, dosen, mahasiswa, sumber belajar yang saling mendukung satu sama lain dalam suasana pembelajaran yang produktif dan menyenangkan. 
Pada anak sangat dominan pada pencarian jati diri sebagai manusia, anggota keluarga dan masyarakat, serta tingkat kemandirian yang belum optimum.  Hal-hal seperti ini yang perlu disadari oleh mahasiswa dan dosen sedari awal sehingga mahasiswa diberikan beban tugas-tugas yang setara dengan beban tugas orang dewasa secara mandiri dan bertanggung jawab dalam mengerjakan segala penugasan yang diberikan. Adanya anggapan dari sisi mahasiswa masih menganggap bahwa dirinya masih belum masuk kategori dewasa di satu sisi, dan di sisi lain sudah masuk  dewasa diperlukan bimbingan dan arahan yang baik dan memadai guna memenuhi tuntutan kemandirian yang bertanggung jawab dan berintegritas dalam mengerjakan hal-hal sehari-hari yang berkaitan dengan TuhanNya, dirinya, sesama manusia, dan dengan lingkungan hidupnya.
Pada akhirnya dengan situasi lingkungan pembelajaran yang baik dan kondusif termasuk kebebasan beribadah dan fasilitas ibadah yang baik, sistem administrasi dan penggajian yang baik kepada dosen, Pranata Laboratorium Pranata (PLP), dan tenaga kependidikan lain, didukung dana dan sumber pembelajaran (Perpustakaan, Laboratorium, Teknologi, Akses Informasi) akan sangat memperlancar proses tumbuh kembang suasana akademik dan pada akhirnya mempermudah dosen dan mahasiswa dalam menunjukkan kiprah dan jati diri keilmuan didukung dengan teknologi yang memadai secara nasional dan internasional secara merata pada mayoritas dosen dan mahasiswa di Indonesia.  Tidak lagi bertumpu pada satu dua orang dosen dan mahasiswa; setidaknya mulai saat ini dan ke depan.  Pada akhirnya kita secara bersama-sama akan mengatakan bahwa siap dan sanggup mengarungi dunia dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan berkah.

Senin, 07 Maret 2016

‘Where are you from, Mister?’

Oleh: Issy Yuliasri (Universitas Negeri Semarang)

Mengapa tulisan ini saya beri judul ‘Where are you from, Mister?’ tentu ada maksudnya.  Orang yang paham budaya tutur bahasa Inggris pasti akan tergelitik dengan judul ini, karena mereka paham bahwa menyebutkan panggilan ‘Mister’ tanpa menyebutkan nama keluarga (family name, atau last name, atau surname) tidaklah patut. Bagi yang sedang menyukai belajar bahasa dan budaya tutur bahasa Inggris, semoga judul ini juga menariknya untuk membaca.
Tulisan ringan ini akan membahas bagaimana budaya tutur masyarakat penutur bahasa Inggris dalam basa-basi sehari-hari, khususnya dalam memulai percakapan dengan orang yang belum dikenal, dan bagaimana masyarakat awam dan pembelajar bahasa Inggris di Indonesia sering salah kaprah  dalam berinteraksi dengan penutur asli bahasa Inggris. Sebagai contoh, sering kita lihat remaja usia sekolah di tempat wisata dengan antusias mengajak bicara wisatawan asing dengan berbagai celotehan yang umumnya berupa pertanyaan semacam ‘Hello, Sir, where are you from?’, atau ‘Where are you from, Mister?’, atau ‘Are you from Australia, Mister?’, dan sejenisnya.

Agenda ke Depan

Agenda ke Depan