OLEH :IR. LAKSMI WIDAJANTI, M.SI (DEP. ILMU GIZI FKM
UNDIP)
Dosen pendidik dapat dikatakan sebagai dosen ideal. Sebagai pendidik dosen menerapkan filosofi Ki
Hajar Dewantara; Ing Ngarso Sung Tulodho (Di depan memberikan contoh
keteladanan integritas-karya-karsa), Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah
membangun komunikasi dan informasi untuk menggerakkan diri dan masyarakat
secara efektif esien mencapai tujuan bersama), Tut Wuri Handayani (Di
belakang memberikan restu dan mengikuti segenap kegiatan yang baik dan benar dari
anak didiknya termasuk terhadap yang memimpin di depan dan berkegiatan di
tengah serta memastikan tujuan bersama dicapai).
Sebagai dosen
pendidik, pembelajaran pertama dimulai dari diri sendiri melalui pemilihan
kata-kata dan kalimat dalam bentuk ucapan maupun tertulis yang baik bagi diri
sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
“Ajining diri gumantung ono ing lathi”; penghargaan diri oleh diri sendiri
dan orang lain ditentukan dari kualitas apa yang diucapkan oleh lisan. Termasuk
di dalamnya kaidah moral, etika, integritas diri, kearifan dan kebijaksanaan
yang melekat pada diri dosen. Kata
kuncinya tidak ada manusia yang sempurna sehingga membutuhkan pembelajaran
terus menerus untuk mencapai dengan baik kriteria ini.
Mengingat kegiatan dosen dalam Tri
Dharma Perguruan Tinggi berlangsung terus menerus secara intens, maka
diperlukan kecukupan gizi sehari-hari agar tetap sehat, cerdas, dan produktif.
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) bertujuan
untuk memberikan panduan konsumsi makanan sehari-hari dan berperilaku sehat
berdasarkan prinsip konsumsi anekaragam pangan, perilaku hidup bersih,
aktivitas fisik, dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan
berat badan normal. Terdapat empat pilar Gizi
Seimbang yaitu : 1. Mengonsumsi aneka ragam pangan, 2. Membiasakan
perilaku hidup bersih, 3. Melakukan
aktivitas fisik, 4. Memantau berat badan (BB) secara teratur untuk
mempertahankan berat badan normal (Permenkes RI No. 41 Tahun 2014).
Memperhatikan apa yang akan dimakan
apakah halal atau tidak, khususnya bagi Muslimin. Karena dalam Ilmu Gizi
berlaku motto “You Are What You Eat”; anda adalah apa yang anda konsumsi,
sehingga nampak dalam kesehatan dan perilaku keseharian seseorang. Kesehatan
fisik dan mental dosen, serta produktivitas sosial dan ekonomi seseorang dapat
dilihat dari kehalalan makanan, minuman yang
dikonsumsi harian, termasuk bila diperlukan suplemen pada hari-hari penuh
kesibukan maupun dalam kondisi kesehatan memerlukan tambahan asupan zat gizi di
atas kecukupan rata-rata.
Bersyukur atas
kesempatan mendapatkan rezeki sehingga dapat
mencukupi konsumsi makan-minum sehari-hari.
Kebiasaan sarapan pagi di bawah pukul 9 pagi dengan enak dan nyaman; menentukan kualitas produktivitas sosial dan
ekonomi seorang dosen dalam keseharian dan dalam jangka waktu panjang. Melewatkan sarapan pagi dapat mempengaruhi status
gizi diri dosen. Dengan asumsi rata-rata masyarakat termasuk dosen Indonesia
makan malam terakhir sekitar pukul 7 malam.
Jadi bila pukul 6-7 pagi waktu setempat sarapan, maka sudah hampir 11-12
jam tubuh dalam kondisi tidak mengkonsumsi zat gizi dari makanan, minuman,
maupun suplemen; melainkan mengandalkan metabolisme zat gizi dari cadangan zat
gizi yang ada dalam tubuh.
Sarapan atau makan pagi dosen dapat
mencukupi 15-30 % dari kecukupan gizi harian dengan menyesuaikan kebiasaan
makan, lingkungan, sosial budaya, serta daya beli masing-masing. Contoh sarapan pagi untuk hidrasi dan sumber
energi tubuh dimulai dengan minum satu
gelas teh manis, atau satu cangkir kopi manis, dan minum air putih minimal dua
gelas di pagi hari. Ditambahkan sumber
energi, protein, dan zat gizi pelengkap berupa dua-tiga potong sedang ubi jalar,
singkong goreng, pisang, pisang goreng, roti bakar, dan juga dapat berupa nasi
uduk, nasi goreng, pempek kapal selam, nasi dan lauk pauk.
Apabila sarapan pagi dan makan secara
teratur dilaksanakan secara rutin sesuai kebiasaan makan dan adat budaya
masing-masing dosen untuk menyuplai energi dan zat gizi terbesar dalam siklus
metabolisme zat gizi guna menghasilkan energi untuk bekerja seharian. Pada
akhirnya, kebiasaan rutin ini akan menghasilkan ASN atau PNS yang secara fisik
dan mental kuat dan tidak mudah jatuh sakit akibat energi yang cukup dan sistem
kekebalan yang baik dari asupan zat gizi sehari-hari yang cukup.
Kebiasaan hidup dosen dengan perilaku
hidup bersih dan sehat terhadap diri dan lingkungan. Membiasakan cuci tangan
dengan sabun pada air yang mengalir sesaat sebelum dan sesudah makan, dan
setelah dari kamar mandi sangat menunjang kebersihan diri sehingga
menghindarkan dari penyakit infeksi.
Menjaga dan membiasakan lingkungan rumah,
tempat kerja, fasilitas umum dan khusus tetap bersih dari sampah, maupun dari asap
rokok dan bahan berbahaya lainnya.
Membuang sampah pada tempat yang disediakan dan tidak membuang sampah
secara sembarangan apalagi di tempat-tempat saluran air. Membatasi penggunaan sampah plastik dan bahan
yang tidak ramah lingkungan.
Bagi dosen tidak merokok dan bila
merokok hanya di tempat yang ditentukan. Kebiasaan membersihkan sisa-sisa
bebersih kotoran dengan air yang tersedia secukupnya sehingga kamar mandi tetap
bersih dan siap digunakan pengguna berikutnya baik di rumah, di kantor, dan apalagi
di fasilitas umum.
Di samping kegiatan rutin bekerja, maka
dosen dapat melakukan aktivitas fisik rutin minimal 30 menit dengan
menyesuaikan kemampuan tubuh setidaknya empat kali dalam seminggu. Kondisi dosen yang
sehat secara jasmani dan rohani mempermudah untuk bekerja.
Pemantauan berat badan secara teratur
minimal satu bulan sekali sehingga dapat diketahui Indeks Massa Tubuh
(Perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter
kuadrat) seorang dosen termasuk kategori normal (IMT 18,5-25,0), kurus dan
sangat kurus (IMT di bawah 18,5), atau gemuk dan obese (IMT di atas 25,0).
Dengan berniat dan berupaya bekerja sungguh-sungguh
dengan pertolongan Allah SWT, Tuhan YME untuk meminta kemudahan dan kelancaran
dalam mempersiapkan dan melakukan proses dan penilaian pembelajaran dengan baik.
Dimulai dari membuat perencanaan program pembelajaran baik itu Garis-garis Besar
Pokok Pembelajaran (GBPP), Satuan Acara Pembelajaran (SAP), dan Kontrak
Pembelajaran (KP) sebelum melakukan Perkuliahan. Garis-garis Besar Pokok Pembelajaran (GBPP)
dan SAP diperbaharui bila ada Peraturan Perundangan yang baru, dan minimal tiap
dua tahun sekali ditinjau relevansinya dengan “Learning outcome” atau Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sesuai level pendidikan dan lulusan. Untuk KP dapat dilakukan pembaruan pada topik
dan subtopik sesuai dengan tema terbaru yang akan dibelajarkan sehingga dibuat
persemester tiap mata kuliah muncul.
Proses bersikap, berfikir, dan bertindak
dosen bersama dengan mahasiswa membutuhkan dukungan gizi yang cukup bersamaan
dengan kecukupan referensi, dukungan empati dan fasilitasi dari berbagai pihak,
jaringan kerjasama, komunikasi yang baik dan menyenangkan yang dapat dilakukan
secara tatap muka maupun lewat online. Melakukan Aplikasi Tindakan Kelas
secara berkala di dalam kelas bila dibutuhkan untuk pembaruan metode
pembelajaran sehingga menyenangkan dan mudah diterima mahasiswa untuk berubah
dan berbuat kebaikan dalam mencapai kompetensi.
Berbuat
dan bekerja dengan dukungan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) yang
diperoleh dosen dalam proses hidup, pembelajaran, pergaulan, kerjasama di level
terkecil hingga nasional, dan bertahap ke ranah internasional akan memberikan
dorongan luar biasa kepada dosen dan mahasiswa untuk bergerak dan berkembang
pesat dalam arahan dan keteladanan dosen dan bahkan kreativitas tanpa batas
kepada mahasiswa.
Sekali kepercayaan dan harga diri
keilmuan muncul pada diri dosen dan mahasiswa (civitas akademika), maka akan
menjadi dorongan untuk terus menerus maju tumbuh dan berkembang guna mencerdaskan
kehidupan bangsa dan negara. Kalau hal
yang seperti itu bisa dan dapat diterima oleh hampir semua kalangan, maka akan
ada keberanian lebih untuk melangkah dan melangkah lagi lebih panjang dan jauh,
lebih luas dan meluas dalam hal kebaikan-kebaikan dan kebenaran-kebenaran dalam
penyebaran IPTEKS.
Dosen
pendidik membutuhkan dukungan keadilan sosial untuk tumbuh dan berkembang dalam
menyebarkan IPTEKS sebagaimana harapan bangsa dan negara Republik Indonesia
yang disandarkan kepadanya. Berbagai pujian dan dorongan untuk maju terhadap
hal-hal yang telah dan akan dikerjakan akan memberikan suasana kebatinan yang
menyenangkan untuk bekerja dan berkarya. Semoga.