Forum Dosen Indonesia

Merupakan organisasi yang didirikan tanggal 24 Agustus 2013, bersifat independen yang tidak terikat langsung dengan institusi anggotanya dan berbasis teknologi informasi. Didirikan dengan maksud melakukan advokasi untuk tujuan pengembangan kualitas dosen dan pendidikan tinggi Indonesia.

Forum Dosen Indonesia di Internet

1) Kuning / Emas : Pendidikan, mencetak generasi emas Indonesia, 2) Biru Langit : Penelitian, seperti langit tanpa batas yg dapat dicapai sebatas kekuatan manusia, 3) Hijau : Pengabdian masyarakat yang lebih bersifat kerelawanan, bekerja demi amal, 4) Merah dan putih : Indonesia.

ORMAS Dosen Indonesia

Berawal dari Grup Dosen Indonesia di Facebook menjadi ORMAS Dosen

Rabu, 14 Desember 2016

SEMINAR NASIONAL II DAN RAPAT KERJA; FDI Tetapkan Tiga Program Unggulan di 2017

Seminar nasional dan rapat kerja tahun 2016 Forum Dosen Indonesia (FDI) telah selesai dilaksanakan pada tanggal 8-9 Desember 2016 lalu. Seminar nasional yang merupakan agenda tahunan FDI dilaksanakan pada hari pertama bertempat di aula Fakultas Teknik kampus III Universitas Widyagama Malang, dengan tema “Rekonstruksi Peradaban Nusantara, Menghidupkan Kejayaan Majapahit”. Acara yang dihadiri sekitar 80 orang peserta dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia tersebut dibuka oleh Wakil Rektor I, Prof. Dr. Ir. Sukamto, MS dan dihadiri juga oleh Dirjen Belmawa Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi, Prof. Intan Ahmad, Ph.D.
Tampil sebagai pembicara utama seminar yaitu Dr. Hj. Een Herdiani, S. Sen, M. Hum  dari Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Dr. I Gde Nyoman Merthayasa  dan Institut Teknologi Bandung dan Dr. Titik Inayati, SE., MM. dari Universitas Islam Majapahit Mojokerto. Setelah istirahat siang, sesi seminar dilanjutkan dengan presentasi 75 makalah yang lolos seleksi dari total 91 naskah yang masuk. Keseluruhan naskah yang lolos diterbitkan dalam prosiding ber-ISSN dan dipublikasikan secara online pada website FDI. Kegiatan ini diharapkan akan meningkatkan semangat dosen-dosen di Indonesia dalam menulis karya ilmiah serta memasilitasi publikasinya.
Foto bersama pada penutupan kegiatan seminar

Adapun rapat kerja dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Desember di Padepokan Mangun Dharma Kecamatan Tumpang, asuhan Ki Sholeh. Rapat kerja dihadiri oleh 31 orang peserta dari 8 kepengurusan daerah yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, 3 daerah yaitu Banten, Sulawesi Tenggara dan Papua, tidak mengirim utusan dikarenakan kendala jarak dan kepadatan agenda akhir tahun di beberapa kampus. Sampai saat ini, FDI sudah memiliki 11 kepengurusan daerah (DPD) dan dalam waktu dekat akan diresmikan 3 kepengurusan daerah baru yaitu Sulawesi Barat, Bengkulu dan Sulawesi Tengah. Sepanjang tahun 2017 mendatang, FDI menargetkan sudah memiliki cabang di 17 provinsi, atau 50 % dari total provinsi di Indonesia. Oleh karena itu, mulai tahun 2017 mendatang, FDI akan meningkatan sosialisasi serta memperbarui mekanisme keanggotaan.
Suasana Rapat Kerja

Dalam raker dibahas beberapa agenda unggulan, yaitu:
1.    Konferensi internasional yang akan dilaksanakan di Makassar pada bulan Agustus tahun 2017 dengan tema kemaritiman.
2.    Penerbitan jurnal meliputi:
a.       Jurnal yang dikelola pengurus pusat dengan bidang bahasan terkait pendidikan tinggi dan keprofesian dosen (jounal on higher education).
b.      Jurnal yang dikelola pengurus daerah dengan bidang kajian keilmuan spesifik sesuai dengan karakter dan potensi daerah terkait.
3.    Optimalisasi website FDI untuk mendukung profesionalisme dan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi, meliputi kegiatan:
a.       Kuliah bulanan online tentang keprofesian dosen meliputi tema sosialisasi peraturan perundang-undangan terkait, sistem penjaminan mutu, sertifikasi dan kepangkatan, metode pembelajaran dan lainnya. Kuliah diampu oleh anggota FDI yang berkompeten dan dapat diikuti oleh dosen-dosen yang berminat.
b.      Pertukaran dosen tamu, yaitu anggota FDI memberikan kuliah secara online di kampus lain sesuai bidang keilmuan sebagai upaya pertukaran atmosfir akademik dan keilmuan antar perguruan tinggi.

c.       Kolom konsultasi seputar pendidikan tinggi dan profesi dosen.
Pada kesempatan rapat kerja ini juga, dibicarakan persiapan suksesi kepengurusan beberapa daerah serta koordinasi agenda daerah-daerah untuk tahun 2017. Masing-masing daerah akan melaksanakan kegiatan-kegiatan berbeda dan mendorong terjalinnya kolaborasi dosen lintas perguruan tinggi dan lintas daerah. Selain agenda-agenda tersebut, juga dibahas upaya peningkatan kerja sama dengan Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi serta kementerian lain yang memayungi perguruan tinggi, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan tinggi di tanah air.
Untuk itu, pengurus berharap peran aktif seluruh anggota dalam pelaksanaan agenda-agenda FDI sehingga keberadaan FDI dirasakan manfaatnya secara luas oleh civitas akademika perguruan tinggi di Indonesia. Informasi lebih lanjut seputar organisasi dan kegiatan FDI dapat diakses melalui website www.fdi.or.id atau kontak pengurus melalui email sekretariat[at]fdi.or.id.   

Senin, 24 Oktober 2016

Seminar Nasional FDI DPD Jatim

Pada tanggal 8-9 Desember mendatang, Forum Dosen Indonesia (FDI) DPD Jawa Timur akan melaksanakan seminar nasional sebagai agenda rutin tahunan FDI. Seminar nasional ini akan dilaksanakan di Universitas Widyagama Malang dengan tema "Rekonstruksi Peradaban Nusantara, Menghidupkan Kejayaan Majapahit". 

Pada waktu bersamaan juga akan dilaksanakan rapat kerja tahunan FDI untuk membahas program kerja tahun 2017 mendatang. Rapat kerja ini akan dihadiri oleh pengurus DPP FDI yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, juga utusan dari 11 DPD yang sudah terbentuk serta beberapa utusan provinsi yang akan segera membentuk DPD. 

Kami mengundang Bapak/Ibu dosen di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Informasi detail kegiatan dapat dilihat dalam poster berikut ini. 



Senin, 25 Juli 2016

Membangun Jejaring dan Sinergi Menuju Profesionalisme Dosen Indonesia




oleh Amril Arifin

Ada diskusi yang menarik dari Seminar Nasional dan Poster Ilmiah yang sekaligus Rakerda FDI DPD Sulawesi Selatan pada 15 September 2016 yang telah berjalan dengan sukses di Hotel Horizon Makassar. Seminar yang dibuka langsung oleh Bapak Gubernur Sulawesi Selatan: Dr. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH yang sekaligus sebagai Keynote Speaker menitipkan peningkatan kualitas pendidikan di Sulawesi Selatan yang telah menjadi kota tujuan pendidikan di Indonesia Timur.
Diskusi terkait tentang bagaimana bersinergi juga menjadi salah satu poin, ada ungkapan Dosen itu orang pintar: satu kepala, satu opini dan satu pendapat, akan sulit menyatukan mereka. Belum lagi dengan marak dan berkembangnya Organisasi Dosen, yang jauh sebelumnya sudah ada ADI (Asosiasi Dosen Indonesia), ditambah dengan ADRI (Ahli-­‐ Dosen Republik Indonesia), dan Organisasi Dosen lainnya; serta disusul dengan Forum Dosen Indonesia atau FDI yang menjadi organisasi dosen yang terbilang baru.

Tentang Forum Dosen Indonesia

Berawal dari Diskusi Group Facebook yang dibentuk oleh Bapak Djoko Luknanto dengan Group Dosen Indonesia atau GDI pada tahun 2010, group ini memunculkan banyak diskusi baik terkait bidang ilmu atau topic yang trend seperti energi, maritim dan lainnya. Traffic group ini cukup ramai dengan berbagai diskusi bahkan perdebatan sengit, termasuk tentang ide pembentukan organisasi dosen. Pada akhirnya di 23-­‐24 Agustus 2013 melalui pertemuan di STSI Bandung terjadilah kesepakatan membentuk organisasi Forum Dosen Indonesia yang terbentuk secara legal dengan akta notaris pada tanggal 8 Januari 2014 di Bandung yang sekaligus mengukuhkan bahwa DPP FDI berkedudukan di Bandung.

Kerja keras Pengurus DPP melalui road show yang dilakukan oleh Sekjen Irma Sagala mengunjungi beberapa daerah, membuahkan FDI saat ini telah memiliki 11 DPD Se-­‐Indonesia; termasuk Sulawesi Selatan yang sejak awal telah ikut memprakarsai kelahiran Forum Dosen Indonesia. DPD Sulawesi Selatan sendiri mulai sah dilantik sekaligus penyerahan SK pada 23 Juli 2016, oleh Ketua Umum DPP FDI Gatut Rubiono.

FDI DPD Sulsel: Push of Power versus Push of Quality

Beberapa waktu setelah pelantikan pengurus, tentunya kerja harus dimulai, merumuskan draft program kerja menuju rapat kerja daerah adalah mutlak untuk setiap pengurus. Dalam proses itu beberapa media bahkan rekan-­‐rekan dosen sendiri sempat bertanya: apakah FDI akan memperjuangan kenaikan tunjangan dosen, yang kebetulan pada saat itu bertepatan dengan turunnya SK penghapusan uang makan bagi dosen DPK; pertanyaan lain adalah apakah ini ada hubungannya dengan akan mencalonkannya seorang Dosen pada Pilgub mendatang?.

Opini memang bebas untuk dikemukakan, namun dengan tegas kami sampaikan bahwa tidak hanya FDI DPD Sulsel, dari DPP FDI pun pastinya akan dengan tegas menyatakan bahwa FDI bukanlah Push of Power, apalagi melibatkan diri ke issu politis baik lokal seperti Pilgub maupun nasional. FDI akan tetap pada issu akademis yang sangat terkait dengan konsentrasi dan spesifikasi kelimuannya. Bahkan pada Aturan Organisasi FDI: Ketua dan jajaran Presidiumnya pun tidak diperbolehkan menduduki jabatan setingkat Rektor/Ketua atau Wakil Rektor/Ketua pada institusinya.


Jika Push of Power yang dimaksud adalah Push of Quality maka disitulah ranah dan jalur yang akan dilaluinya, arahnya sudah jelas. Bagi FDI Kualitas berada pada 4 level/tingkatan; pada level pertama adalah Kualitas dari Pendidikan itu sendiri; yang selanjutnya pada level kedua: Kualitas adalah Culture yang ditandai dengan menyatunya kualitas sebagai budaya; pada level selanjutnya Kualitas adalah Services, pada tingkatan ini setiap unsur jasa yang diberikan adalah kualitas; dan pada tingkatan yang paling paripurna Quality is a life; kualitas telah menjelma dalam kehidupan keseharian kita. Kualitas adalah pengejawantahan dari Profesionalisme, memikirkan tunjangan adalah sama dengan memikirkan dan bekerja untuk kualitas; jika kualitas telah menjadi culture, atau bahkan naik pada level yang paripurna, maka dengan sendirinya kita tidak pernah akan berpikir tentang tunjangan lagi, ia akan mengalir dengan sendirinya.

Membangun Jejaring dan Sinergi

Pada Era MEA jejaring pastinya akan sangat penting dan bernilai, Karena tanpa jejaring kita tidak akan pernah mampu memecahkan berbagai persoalan sendirian, dan bukankah kita memang selalu berhubungan dengan pihak lain?, hal ini Sunnatullah karena setiap dari kita memiliki keterbatasan. Dalam membangun jejaring dibutuhkan tekad yang kuat, keramahan, keterbukaan, ketekunan bahkan kesabaran untuk bisa mendengar dan berbagi. Jika ini terwujud melalui kolaborasi dan sinergi maka Insya Allah akan terbangun dan terpelihara sampai waktu yang tak terhingga.

Dunia Akademik juga tidak bisa sendiri, pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi menghendaki keterlibatan Industri dan Pemerintah; bahkan dengan konsep Quadruple Helix yakni keterlibatan komunitas, dan Komunitas itu salah satunya adalah FDI. Issu tentang akan hilangnya berbagai profesi di masa mendatang adalah suatu kepastian, mendidik mahasiswa hari ini diibaratkan mempersiapkan atlet olimpiade masa depan, yang sama sekali belum diketahui akan berlaga pada cabang apa, sangat dramatis. Kondisi ini mengharuskan akademisi turun dan terlepas bebas dari menara gadingnya, dengan memahami dan mencermati trendwatching kemana arah industri untuk meramu kurikulum bak seorang chef professional. Dalam kondisi tersebut banyak Universitas yang mengundang industri untuk masuk ke perguruan tinggi; namun tentunya levelnya perlu ditingkatkan lagi, seperti komentar Bapak Ridwan Arif – Dirut Fajar Holding: dengan Universitas yang masuk ke Industri.

Pelaksanaan pengabdian masyarakat juga membutuhkan kolaborasi quadruple helix, dengan masih banyaknya daerah tertinggal, melalui desa binaan dari pemerintah, ataupun para industri, para akademisi akan menjadikannya sebagai ladang untuk pengabdian, baik itu pelaksanaan dan pengajaran hasil penelitian ataupun kerja sosial lainnya dalam membantu peningkatan UKM di daerah setempat, seperti pengajaran ilmu ekonomi dan akuntansi kepada komunitas pertanian, atau bahkan pelatihan aplikasi IT, bahkan dengan synergi quadruple helix para petani tidak perlu memikirkan pemasaran produk, karena ada industri yang siap pada jajaran jejaring dan kolaborasinya.

Pada tataran inilah quadruple helix yang keempat atau komunitas, tepatnya FDI DPD Sulsel akan bekerja untuk Sulawesi Selatan, banyak bukti seperti keberhasilan komunitas PHRI Yogyakarta yang rutin memperkenalkan DIY sebagai “Never Ending Asia” sampai ke Eropa dan Dunia, tentunya Pak Gubernur Sulawesi Selatan jangan kita biarkan bertarung sendiri menjual Sulawesi ke dunia international, tetapi peran FDI DPD Sulsel melalui synergi yang tak terhingga batas waktunya, ditambah niat dan keikhlasan semua pihak dalam jejaring dan synergi yang penuh keterbukaan untuk saling mendengar dan berbagi akan membuatnya semakin powerfull. Sekali lagi, mau menjadi sebatang lidi atau bergotong royong menjadi sapu lidi, There’s No Superman, yang ada hanya Super Team.

Terkait dengan keberadaan Organisasi Dosen lainnya, janganlah dianggap sebagai suatu perbedaan atau persaingan, justru sinergi dengan seluruh komunitas adalah penting, berbagi peran dalam mengusung issu juga adalah sinergi, bukankah masalah dan pemikiran para dosen begitu kompleks dan beragam, nah issu inilah yang akan kita lakoni dalam perannya masing-­‐masing. Sebagai Organisasi Dosen yang baru FDI akan banyak belajar terhadap para senior seperti ADI. Organisasi Dosen ini akan memainkan perannya masing-­‐ masing layaknya sebuah orkestra yang harmoni, tidak butuh dirigen, karena mereka bermain dengan ikhlas, bermain dengan hati.

Penutup

Rapat Kerja Daerah DPD Forum Dosen Indonesia Sulawesi Selatan telah selesai, saatnya untuk bekerja dan jangan pernah tinggalkan mimpi untuk membuatnya menjadi nyata. Terima Kasih kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi, Wakil Rektor Universitas Islam Negeri Makassar, Wakil Rektor Universitas Negeri Makassar, Wakil Rektor Universitas Muslim Indonesia, Dirut PT. Media Fajar Holding, DPP Forum Dosen Indonesia, Ketua Program Pasca STIE AMKOP, atas kehadirannya sebagai Pemateri dan Host pada Seminar Nasional dan Poster FDI DPD Sulawesi Selatan. Terima kasih pula kami sematkan kepada PT. Semen Tonasa, dan para Media: Fajar, Tribun, dan Media Online atas dukungan Sponsorship dan pemberitaan yang wacana yang kami sampaikan; Demikian pula kepada Steering Committee dari DPP FDI: Bapak Frederik, Bapak Hidayat Ely, Bapak Fitrah Jaya, dan Ibu Een Hardiani beserta Para Panitia dan Segenap Pengurus DPD FDI Sulsel.

Mengakhiri tulisan ini, penulis ingin mengatakan jangan tanyakan bagaimana bentuk sinergi FDI DPD Sulawesi Selatan, maju terus dan berjalanlah, bahkan berlari, karena diperjalanan kita tidak akan pernah tau siapa yang akan kita temui untuk bersinergi bersama, dalam jangka waktu yang tak terhingga, dan tentu saja tetap dengan prinsip “push of quality”, dan bingkai pada ranah spesifikasi keilmuan. Menjadi dosen bukanlah sekedar profesi, ia adalah panggilan jiwa diselimuti keihklasan yang tak pernah didustai, sejauhmana kau berjalan, maka ia akan selalu menuntunmu kembali; selayaknya pula dalam bersinergi arahnya sudah jelas, jalurnya sudah terang, Insya Allah dengan “nawaitu” yang sama, Forum Dosen Indonesia DPD Sulawesi Selatan mengajak empat belas ribu Dosen di Sulawesi Selatan: Lets Fight for Quality, Bismillahirrahmanirrahim.

Sabtu, 07 Mei 2016

GIZI DAN PRODUKTIVITAS

Oleh: Laksmi Widajanti (Dosen Dept. Ilmu Gizi FKM UNDIP, email: laksmiwidajanti@gmail.com)

Peran gizi pada produktivitas kerja sudah dibuktikan di USA  oleh Berg and Muscat (October 21, 1971) dalam artikel ilmiah dengan judul “An approach to nutrition planning” yang dipersiapkan dan dipresentasikan di International Conference on Nutrition in Massachussets Institute of Technology, Cambridge, Massachussets dan dipublikasikan dalam Am J Clin Nutr-1972-Berg-939-54.pdf.
Di Indonesia, Ahli Gizi yang mendalami Produktivitas Kerja antara lain Suharjo (Alm) dengan judul Publikasi Disertasi : “Pengaruh Intervensi Besi Terhadap Pemetik Teh di Kabupaten Bandung,Provinsi Jawa Barat”. (http://repository.ipb. ac.id/ handle/ 123456789/1368). Darwin Karyadi (Alm) melakukan penelitian dengan judul :”Anemia Gizi Besi dan Produktivitas pada Pekerja Penoreh Karet di Jawa Barat” kerjasama dengan  Nevin Scrimshaw dari MIT dan World Bank serta dipublikasikan di Am J Clin Nutr-1979;32:916-25. Mahdin Anwar Husaini, melakukan penelitian “Suplementasi Zat Gizi pada Atlit Bulu Tangkis Muda untuk meningkatkan Ukuran Tubuh, Status Besi, dan Tampilan Fisik pada Tahun 1996/1997” didanai Technologies International, St. Louis, USA.    
Produktivitas kerja mengacu kepada Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Hidup produktif secara sosial dimaksudkan sebagai kemampuan seseorang memberikan apa saja yang dimiliki baik itu ide, ilmu, pendampingan, mempermudah akses orang lain atau masyarakat untuk maju dan berkembang, jaringan, kerjasama, fasilitasi, perhatian, dukungan, kemudahan dan kecepatan pelayanan.  Berdasarkan sumberdaya spesifik lokal dan ditunjang teknologi tepat guna.
Hidup produktif secara ekonomis dimaksudkan kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu keuntungan atau uang, dan jasa, serta peluang untuk memperbesar keuntungan kepada diri maupun orang lain sesuai bidang kompetensi, profesionalisme, dan hobi serta kesenangan secara halal sehingga meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dan bangsa.
     Secara skematik dapat dijelaskan peran gizi dalam peningkatan produktivitas sosial dan ekonomis seseorang individu, keluarga, dan masyarakat dimulai dari konsumsi pangan dan gizi yang terkandung : kehalalan pangan, keamanan pangan, keragaman pangan, kecukupan gizi, dan mutu gizi (Gambar 1).


Gambar 1. Hubungan Konsumsi Gizi dengan Produktivitas
               Kerja Seseorang dan Masyarakat

     Seseorang yang mengkonsumsi pangan didasarkan pada pemenuhan kebutuhan sensoris agar tidak lapar.  Meskipun dibalik itu bagi mereka yang sadar akan gizi dan kesehatan serta bagi Muslim hal pertama kali yang dipertimbangkan adalah kehalalan, kemudian keamanan, keragaman pilihan pangan yang dikonsumsi, serta mutu gizi pangan apakah berasal dari bahan alami, nabati, hewani. Mutu gizi menentukan absorbsi dan metabolisme zat-zat gizi yang optimum di dalam tubuh.  Secara umum pangan hewani memiliki tingkat absorbsi gizi yang lebih baik dari pangan nabati.
Sajogjo pada Tahun 1977 membuat dasar kemiskinan dinamakan  “Garis Kemiskinan Sajogyo”.  Kelompok  miskin adalah rumah tangga yang mengkonsumsi pangan kurang dari nilai tukar 240 kg beras setahun perkepala di pedesaan atau 369 kg di perkotaan setara 2100  kkal atau sekitar 550 gram (0,5 kg) beras mutu sedang perorang perhari. Hal ini bila berlaku asumsi 100 % konsumsi sumber energi dari karbohidrat dipenuhi dari beras.
     Produktivitas kerja menjadi pembahasan penting dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia, karena menurut Wanjek (2005) dari International Labour Organisation (ILO) faktor Gizi menjadi salah penentu kualitas Sumberdaya manusia dan pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas produktivitas bangsa sebagai daya ungkit untuk memenangkan persaingan global (Gambar 2).


Gambar 2. Lingkaran Gizi Kurang dengan Produktivitas Nasional
             (Wanjek, 2005)


Memberikan jaminan minimal hidup layak kepada dosen memberikan kesempatan dosen untuk membelanjakan uang dan pendapatan bagi diri dan keluarganya disertai pengetahuan yang cukup tentang gizi untuk menjamin kesehatan diri dan keluarganya untuk hidup produktif sebuah solusi cerdas bagi pengembangan sumberdaya kesehatan dosen.

Sabtu, 09 April 2016

DIGNITY DOSEN

Oleh : Laksmi Widajanti (Dosen Tetap Departemen Ilmu Gizi Fkm UNDIP, Email ; laksmiwidajanti@gmail.com)

Menurut cambridge.org, DIGNITY adalah the ​importance and ​value that a ​person has, that makes other people respect them or makes them ​respect themselves.  (http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/dignity; 4 April 2016). Dignity Dosen adalah bagaimana seorang dosen memiliki harga diri dan kebanggaan untuk bersikap, berperan sebagai orang yang melakukan perubahan dari diri sendiri kepada orang lain dan lingkungan sehingga diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan memiliki kebanggaan yang sama.
            Pembahasan tentang dignity dosen tentu tidak terlepas dari bagaimana proses awal pembentukan seorang dosen untuk mencapai standar-standar kedosenan tertentu. Semua berawal dari niat untuk menjadi dosen.  Tentu akan sulit bagi seseorang untuk melamar pekerjaan menjadi dosen bila tidak dimulai dari niat dan tekad untuk menjadi dosen; mengingat begitu banyak rangkaian tes yang harus diikuti untuk seleksi dan dinyatakan lolos dan pada akhirnya pemberkasan untuk Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Setelah melewati masa “percobaan” dan “penilaian” pada minimal satu tahun dan pada waktu yang ditetapkan oleh Pemerintah RI barulah seorang CPNS Dosen diperkenankan mengikuti Prajabatan.  Dan bila lulus serangkaian tes, seorang CPNS baru dapat diangkat menjadi PNS Dosen. Di PTS pun juga ada serangkaian tes dan penilaian yang dilakukan sebelum seseorang diangkat menjadi Dosen sementara (‘Kontrak”) dan pada akhirnya menjadi Dosen tetap di PTS.  
            Dosen sebagai pendidik memiliki jiwa dan semangat yang bersandarkan kepada ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa (YME).  Karena dengan mendidik dan membelajarkan mahasiswa menjadi manusia seutuhnya akan menjadi amal bakti dosen dan mahasiswa saat ini dan ke depan.  Agama Islam bahkan memberikan penghargaan kepada seseorang guru dan dosen sebagai amal jariyah, artinya amal yang tidak terputus meskipun sang guru dan dosen sudah meninggal; ilmu-ilmu yang pernah diajarkan ditumbuh-kembangkan oleh para mahasiswa-nya, sehingga menjadikan amalan ilmunya terus menerus mengalir kepada amalan diri dosennya.  Badan boleh berkalang tanah namun amalan tetap mengalir sebagai amalan yang tidak terputus.
Adalah sebuah “kenaifan” apabila menjadi dosen bukan sesuatu tujuan.  Karena bekerja tanpa niat yang baik dan lurus disertai motivasi untuk membelajarkan diri dosen dan mahasiswa pastinya akan tidak mudah (sulit) untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Kesadaran dan penghargaan dosen tentu dimulai dari kebiasaan rutin serta semangat kewirausahaan sang dosen untuk menyelenggarakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.      Kewirausahaan artinya selalu bergerak maju menciptakan peluang dan temuan-temuan baru; dari tiada menjadi ada yang berguna dan berkembang bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat, lingkungan dalam lindungan Allah SWT.
Sejak diangkat menjadi PNS Dosen, dosen berkewajiban menjalankan Tri Dharma PT sesuai Pedoman Penilaian Angka Kredit (PAK) dan termasuk pengisian Beban Kerja Dosen (BKD) secara rutin tiap semester dengan Perencanaan dilakukan tiap awal tahun pada Semester berjalan. Oleh karena itu Panduan hardcopy dan softfile PAK dan BKD ini sering-sering dibaca, dipelajari, dan dikerjakan serta dievaluasi untuk menggali kreativitas kegiatan yang akan dijalankan dalam satu tahun ke depan serta lebih baik lagi di tahun ke depannya.
            Panduan dan Pengisian kegiatan Tri Dharma PT dengan bantuan fasilitasi dari teman sejawat dan khususnya bagi yang sudah lebih duluan menduduki jabatan fungsional mandiri (Lektor, Lektor Kepala, Guru Besar) dengan prinsip “COOPERATIVE LEARNING AND WORK” sangat memungkinkan perubahan yang secara sistemis dan mendasar bagi diri dosen dan Peer dosen dalam bidang keilmuan dan rumpun ilmu untuk maju berkembang dengan baik.  Suasana dan kerjasama akademis yang baik akan terjadi bilamana dosen yang lebih duluan maju serta tersertifikasi mampu memberikan acuan, akses-akses informasi dan nasehat, serta fasilitasi keilmuan, umpan balik, dan manajemen secara langsung dan tidak langsung melalui “milis” yang dibuat untuk dan antar komunikasi dosen di level fakultas.  Seiring dengan berjalan-nya waktu maka akan terbentuk “KNOWLEDGE MANAJEMEN” yang efektif dan efisien.  Tidak lagi berbicara solusi permasalahan untuk saya, anda, namun lebih berbicara kita untuk maju dan mencapai tujuan jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang institusi pendidikan secara egaliter yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
            Kesempatan bertumbuh-kembang dignity bagi dosen-termasuk mahasiswa; generasi muda, untuk berlatih tampil dengan pendampingan pada level jurusan/departemen kemudian meningkat pada level fakultas dan universitas memudahkan dosen untuk mencoba level yang lebih tinggi di level nasional dan internasional.  Kebanggaan dan harga diri dosen akan muncul dan terus menerus berkembang serta kreatif ketika segala daya upaya kinerja produktivitas dan kreativitasnya dalam hal Tri Dharma PT diakui pada level jurusan/departemen, fakultas, universitas, antar fakultas, antar universitas hingga level nasional, internasional.
            Bentuk-bentuk pengakuan produktivitas dan kreativitas untuk dosen dari berbagai kegiatan Tri Dharma PT dapat berupa dan dimulai dari Surat undangan sebagai Pembicara, Narasumber, Moderator, Fasilitator, Panitia serta pemberian Sertifikat, Surat Tugas, Surat Keputusan dari minimal Dekan fakultas atau Rektor universitas bila berada dalam lingkungan universitas, bahkan level Kementerian RI dan Presiden RI.  Syukur-syukur dan diharapkan mendapatkan pengakuan secara internasional. Hal-hal ini menunjukkan “DIGNITY” sang dosen.
            Kita jarang memberikan ucapan selamat kepada rekan dosen yang memiliki “DIGNITY” bahkan terkadang lebih sering “mempersoalkan” hasil produktivitas dan kreativitas dosen dalam Tri Dharma PT. Hal-hal kecil yang baik namun bila diterapkan secara konsisten dan terus menerus dan meluas akan menghasilkan “magnitude” pemecahan persoalan kependidikan di level sarjana yang lebih baik, efektif, efisien.
Rasanya belum terlambat untuk memulai memberikan ucapan selamat dan menyemangati kepada diri sendiri sebagai dosen, dan juga kepada kolega dosen atas segala pencapaian apapun yang baik dan bermanfaat dalam bidang Tri Dharma PT dimanapun berada dari Sabang sampai Meurauke.  “DIGNITY” Dosen diciptakan dan dikerjakan sepanjang masa.

Minggu, 20 Maret 2016

GIZI SEIMBANG BAGI DOSEN

OLEH :IR. LAKSMI WIDAJANTI, M.SI (DEP. ILMU GIZI FKM UNDIP)

Dosen pendidik dapat dikatakan sebagai dosen ideal.  Sebagai pendidik dosen menerapkan filosofi Ki Hajar Dewantara; Ing Ngarso Sung Tulodho (Di depan memberikan contoh keteladanan integritas-karya-karsa), Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah membangun komunikasi dan informasi untuk menggerakkan diri dan masyarakat secara efektif esien mencapai tujuan bersama), Tut Wuri Handayani (Di belakang memberikan restu dan mengikuti segenap kegiatan yang baik dan benar dari anak didiknya termasuk terhadap yang memimpin di depan dan berkegiatan di tengah serta memastikan tujuan bersama dicapai).
     Sebagai dosen pendidik, pembelajaran pertama dimulai dari diri sendiri melalui pemilihan kata-kata dan kalimat dalam bentuk ucapan maupun tertulis yang baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat.  “Ajining diri gumantung ono ing lathi”; penghargaan diri oleh diri sendiri dan orang lain ditentukan dari kualitas apa yang diucapkan oleh lisan. Termasuk di dalamnya kaidah moral, etika, integritas diri, kearifan dan kebijaksanaan yang melekat pada diri dosen.  Kata kuncinya tidak ada manusia yang sempurna sehingga membutuhkan pembelajaran terus menerus untuk mencapai dengan baik kriteria ini.
Mengingat kegiatan dosen dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi berlangsung terus menerus secara intens, maka diperlukan kecukupan gizi sehari-hari agar tetap sehat, cerdas, dan produktif.
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) bertujuan untuk memberikan panduan konsumsi makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip konsumsi anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal. Terdapat empat pilar Gizi  Seimbang yaitu : 1. Mengonsumsi aneka ragam pangan, 2. Membiasakan perilaku hidup bersih,    3. Melakukan aktivitas fisik, 4. Memantau berat badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal (Permenkes RI No. 41 Tahun 2014).
Memperhatikan apa yang akan dimakan apakah halal atau tidak, khususnya bagi Muslimin. Karena dalam Ilmu Gizi berlaku motto “You Are What You Eat”; anda adalah apa yang anda konsumsi, sehingga nampak dalam kesehatan dan perilaku keseharian seseorang. Kesehatan fisik dan mental dosen, serta produktivitas sosial dan ekonomi seseorang dapat dilihat  dari kehalalan makanan, minuman yang dikonsumsi harian, termasuk bila diperlukan suplemen pada hari-hari penuh kesibukan maupun dalam kondisi kesehatan memerlukan tambahan asupan zat gizi di atas kecukupan rata-rata.
     Bersyukur atas kesempatan mendapatkan rezeki sehingga  dapat mencukupi konsumsi makan-minum sehari-hari.  Kebiasaan sarapan pagi di bawah pukul 9 pagi dengan enak dan nyaman;  menentukan kualitas produktivitas sosial dan ekonomi seorang dosen dalam keseharian dan dalam jangka waktu panjang.  Melewatkan sarapan pagi dapat mempengaruhi status gizi diri dosen. Dengan asumsi rata-rata masyarakat termasuk dosen Indonesia makan malam terakhir sekitar pukul 7 malam.  Jadi bila pukul 6-7 pagi waktu setempat sarapan, maka sudah hampir 11-12 jam tubuh dalam kondisi tidak mengkonsumsi zat gizi dari makanan, minuman, maupun suplemen; melainkan mengandalkan metabolisme zat gizi dari cadangan zat gizi yang ada dalam tubuh.
Sarapan atau makan pagi dosen dapat mencukupi 15-30 % dari kecukupan gizi harian dengan menyesuaikan kebiasaan makan, lingkungan, sosial budaya, serta daya beli masing-masing.  Contoh sarapan pagi untuk hidrasi dan sumber energi  tubuh dimulai dengan minum satu gelas teh manis, atau satu cangkir kopi manis, dan minum air putih minimal dua gelas di pagi hari.  Ditambahkan sumber energi, protein, dan zat gizi pelengkap berupa dua-tiga potong sedang ubi jalar, singkong goreng, pisang, pisang goreng, roti bakar, dan juga dapat berupa nasi uduk, nasi goreng, pempek kapal selam, nasi dan lauk pauk.
Apabila sarapan pagi dan makan secara teratur dilaksanakan secara rutin sesuai kebiasaan makan dan adat budaya masing-masing dosen untuk menyuplai energi dan zat gizi terbesar dalam siklus metabolisme zat gizi guna menghasilkan energi untuk bekerja seharian. Pada akhirnya, kebiasaan rutin ini akan menghasilkan ASN atau PNS yang secara fisik dan mental kuat dan tidak mudah jatuh sakit akibat energi yang cukup dan sistem kekebalan yang baik dari asupan zat gizi sehari-hari yang cukup.
Kebiasaan hidup dosen dengan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap diri dan lingkungan. Membiasakan cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir sesaat sebelum dan sesudah makan, dan setelah dari kamar mandi sangat menunjang kebersihan diri sehingga menghindarkan dari penyakit infeksi. 
Menjaga dan membiasakan lingkungan rumah, tempat kerja, fasilitas umum dan khusus tetap bersih dari sampah, maupun dari asap rokok dan bahan berbahaya lainnya.  Membuang sampah pada tempat yang disediakan dan tidak membuang sampah secara sembarangan apalagi di tempat-tempat saluran air.  Membatasi penggunaan sampah plastik dan bahan yang tidak ramah lingkungan.  
Bagi dosen tidak merokok dan bila merokok hanya di tempat yang ditentukan. Kebiasaan membersihkan sisa-sisa bebersih kotoran dengan air yang tersedia secukupnya sehingga kamar mandi tetap bersih dan siap digunakan pengguna berikutnya baik di rumah, di kantor, dan apalagi di fasilitas umum.
Di samping kegiatan rutin bekerja, maka dosen dapat melakukan aktivitas fisik rutin minimal 30 menit dengan menyesuaikan kemampuan tubuh setidaknya  empat kali dalam seminggu. Kondisi dosen yang sehat secara jasmani dan rohani mempermudah untuk bekerja. 
Pemantauan berat badan secara teratur minimal satu bulan sekali sehingga dapat diketahui Indeks Massa Tubuh (Perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat) seorang dosen termasuk kategori normal (IMT 18,5-25,0), kurus dan sangat kurus (IMT di bawah 18,5), atau gemuk dan obese (IMT di atas 25,0).
Dengan berniat dan berupaya bekerja sungguh-sungguh dengan pertolongan Allah SWT, Tuhan YME untuk meminta kemudahan dan kelancaran dalam mempersiapkan dan melakukan proses dan penilaian pembelajaran dengan baik. Dimulai dari membuat perencanaan program pembelajaran baik itu Garis-garis Besar Pokok Pembelajaran (GBPP), Satuan Acara Pembelajaran (SAP), dan Kontrak Pembelajaran (KP) sebelum melakukan Perkuliahan.  Garis-garis Besar Pokok Pembelajaran (GBPP) dan SAP diperbaharui bila ada Peraturan Perundangan yang baru, dan minimal tiap dua tahun sekali ditinjau relevansinya dengan “Learning outcome” atau Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sesuai level pendidikan dan lulusan.  Untuk KP dapat dilakukan pembaruan pada topik dan subtopik sesuai dengan tema terbaru yang akan dibelajarkan sehingga dibuat persemester tiap mata kuliah muncul.
Proses bersikap, berfikir, dan bertindak dosen bersama dengan mahasiswa membutuhkan dukungan gizi yang cukup bersamaan dengan kecukupan referensi, dukungan empati dan fasilitasi dari berbagai pihak, jaringan kerjasama, komunikasi yang baik dan menyenangkan yang dapat dilakukan secara tatap muka maupun lewat online. Melakukan Aplikasi Tindakan Kelas secara berkala di dalam kelas bila dibutuhkan untuk pembaruan metode pembelajaran sehingga menyenangkan dan mudah diterima mahasiswa untuk berubah dan berbuat kebaikan dalam mencapai kompetensi.
 Berbuat dan bekerja dengan dukungan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) yang diperoleh dosen dalam proses hidup, pembelajaran, pergaulan, kerjasama di level terkecil hingga nasional, dan bertahap ke ranah internasional akan memberikan dorongan luar biasa kepada dosen dan mahasiswa untuk bergerak dan berkembang pesat dalam arahan dan keteladanan dosen dan bahkan kreativitas tanpa batas kepada mahasiswa. 
Sekali kepercayaan dan harga diri keilmuan muncul pada diri dosen dan mahasiswa (civitas akademika), maka akan menjadi dorongan untuk terus menerus maju tumbuh dan berkembang guna mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.  Kalau hal yang seperti itu bisa dan dapat diterima oleh hampir semua kalangan, maka akan ada keberanian lebih untuk melangkah dan melangkah lagi lebih panjang dan jauh, lebih luas dan meluas dalam hal kebaikan-kebaikan dan kebenaran-kebenaran dalam penyebaran IPTEKS.
Dosen pendidik membutuhkan dukungan keadilan sosial untuk tumbuh dan berkembang dalam menyebarkan IPTEKS sebagaimana harapan bangsa dan negara Republik Indonesia yang disandarkan kepadanya. Berbagai pujian dan dorongan untuk maju terhadap hal-hal yang telah dan akan dikerjakan akan memberikan suasana kebatinan yang menyenangkan untuk bekerja dan berkarya. Semoga.

Jumat, 18 Maret 2016

Koalisi Jambi untuk Korban Asap

Sebagai bentuk komitmen perhatian terhadap permasalahan sosial bangsa, Forum Dosen Indonesia (FDI) melalui DPD Jambi dan Riau turut memberikan bantuan terhadap korban asap lalu. Di Jambi, FDI  bergabung bersama Koalisi Jambi Melawan Asap antara lain melaksanakan bakti sosial di Desa Sebapo pada 30 Januari 2016 lalu. Semoga diberikan kesabaran bagi para korban dan kesadaran bagi mereka yang merusak lingkungan. Terlebih lagi, kita berharap perhatian serius pemerintah untuk penanggulangan masalah kebakaran hutan yang rutin terjadi setiap tahunnya. Penegakan hukum dan kebijakan pemeliharaan hutan harus menjadi perhatian serius dari pemerintah baik daerah maupun pusat. 
Berikut ini beberapa dokumentasi kegiatan Bakti Sosial di Jambi:


Undangan Koalisi


Forum Dosen Indonesia untuk Jambi



Lokasi Bakti Sosial




Lokasi Jalan dari Tempat Bakti Sosial



Kegiatan Bakti Sosial


Kesibukan Tampa Depan



ttd
Ardi Novra



Forum Dosen Indonesia.

Minggu, 13 Maret 2016

Kiprah Profesi Dosen

Oleh: Laksmi Widajanti (Universitas Diponegoro)

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan, Teknologi melalui Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi). Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka dosen memiliki integritas, profesionalisme, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undan-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara).
Berdasarkan tugas utama yang diemban dosen, maka dosen wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Kualifikasi akademik pada dosen merupakan pendidikan paling rendah yang harus dipenuhi oleh seorang dosen dan dibuktikan dengan ijazah.  Adapun kompetensi pendidik dinyatakan dengan sertifikat pendidik dan atau sertifikat profesi (Peraturan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi).
     Kompetensi dosen sebagaimana tercantum pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional meliputi: 1. Kompetensi Paedagogis, a. Merancang pembelajaran, b. Mengelola pembelajaran, c. Menilai pembelajaran, d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan mutu pembelajaran; 2. Kompetensi Kepribadian; 3. Kompetensi Profesional; 4. Kompetensi Sosial.
     Luaran dari sebuah proses Tri Dharma Perguruan Tinggi; Pembelajaran-pelatihan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat bagi civitas akademika; masyarakat akademik yang terdiri dari dosen dan mahasiswa (Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012) berupa kesadaran dan ketaatan pada hukum Tuhan dan Peraturan perundangan yang berlaku di wilayah Indonesia, kompetensi dan profesionalisme yang dibuktikan dengan (“auditing”) Ijazah, dan sertifikat pendidik dan atau sertifikat profesi, sertifikat pelatihan (Pembicara, Peserta, Panitia), sertifikat seminar (Pembicara, Peserta, Panitia), Buku ajar, Buku Referensi, Buku Petunjuk Praktikum, Paten, Hak Cipta, Koran, Artikel jurnal ilmiah nasional maupun internasional (Gambar 1).

           Gambar 1.  Aktivitas Tri Dharma Perguruan Tinggi
     Input-Proses-Luaran yang dipenuhi dan dicapai memperhatikan dengan memperhatikan faktor lingkungan, sumber bahan ajar, dosen mahasiswa, dan Peraturan Perundangan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.  Sejalan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN berdasarkan UU ASN Tahun 2015, maka perlu peningkatan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang, diperlukan civitas akademika pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani berbuat dan membela kebenaran untuk kepentingan bangsa.
     Harapan menuju dan berada dalam percaturan ilmuwan global sudah dimulai dan akan terus bertumbuh kembang.   Pada saat ini sudah ada dan akan semakin banyak ilmuwan-ilmuwan berbakat dan berakhlak mulia yang muncul dan tumbuh berkembang mendunia dari Indonesia.  Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini tentu presentasenya relatif masih sedikit dan masih sedikit dampaknya bagi masyarakat secara langsung. Adanya kebijakan Hibah-hibah dalam hal pendidikan lanjut, pelatihan-pelatihan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam Program Tri Dharma PT secara terencana dan meluas dari Sabang sampai Meurauke merupakan ide dan angin segar untuk mempercepat laju pertumbuhan dan perkembangan kompetensi dan profesionalisme ilmuwan di Indonesia dengan watak iman-ilmu-taqwa yang baik.
     Sebagai contoh publikasi artikel Laksmi Widajanti dan Dina Rahayuning Pangestuti (Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip) dengan judul : Hazard Analisis Critical Control Points (HACCP) yang diterapkan pada Jenang Kudus dan dampaknya pada Gizi Masyarakat di Journal of Annals Human Metabolism and Nutrition Tahun 2009 Vol. 55, pp. 380-380 Allschwillwrstrasse 10,CH -4009 Basel Switzerland: Karger International (Indeks Scopus Doi:10.1159/000248295) kemungkinan besar memberikan iur pada  penggunaan HACCP yang sebelumnya lebih ditekankan pada Industri Pangan dan diperluas dengan menilai dampak pada Gizi Masyarakat (ISO 22000) pada Tahun 2014.
     Pendirian Laboratorium Pangan Halal dan Gizi yang di inisiasi pada Tahun 2007 dan kemudian dilanjutkan pada Tahun 2010-2011 dan dibuka pada Tahun 2012 pada UPT Laboratorium Terpadu Undip dilanjutkan dengan Pelatihan internal Sistem Jaminan Halal pada Manajemen Laboratorium Pangan Halal dan Gizi dilanjutkan Pelatihan untuk Dosen, Mahasiswa dalam Hal Manajemen Pangan Halal Tahun 2013 memberikan warna dan landasan dasar ketuhanan terhadap bagaimana pentingnya Pedoman Gizi Seimbang (PGS) Tahun 2014 yang dimulai dengan rasa syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
     Konsistensi dan ketekunan pada pengembangan keilmuan spesifik dan yang relevan dengan bidang keilmuan dalam waktu panjang sekitar 30 tahun hingga kini membelajarkan betapa sulit dan butuh kerja keras dan kerjasama secara kerja-kerja kolaboratif guna pengembangan Ilmu Gizi dan memasukkan Pangan Halal dalam Proses Pembelajaran sejak Tahun 2010 di Indonesia. Hal ini bisa jadi merupakan Ilmu Gizi yang pertama di dunia yang mengkaji pangan halal dalam dampak terhadap Gizi Masyarakat.
Sejarah penulis sejak Tahun 1984/1985-1985/1986 masuk Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB), dan Tahun 1986/1987 ketika mendalami S1 Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan dijuruskan di Jurusan GMSK Faperta IPB, Lulus Tahun 1989. Serta menempuh S2 masih dalam bidang Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga PPs IPB Tahun 1993-1996.
Sebagai CPNS Badan Pengelola Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (BP PSKM FK Undip) Tahun 1992 dan PNS Dosen Tetap Tahun 1993 di BP PSKM FK Undip-sebagai cikal bakal FKM Undip pada Tahun 1994; penulis ketika lulus S2 GMK PPs IPB Tahun 1996 dan kembali ke FKM Undip diberi kewenangan penuh untuk mengajar dan menumbuhkembangkan IPTEKS Bidang Ilmu Gizi untuk mahasiswa S1 FKM Undip di Jurusan Gizi FKM Undip pada waktu itu. Sejak awal Tahun 2016 Jurusan Gizi FKM Undip menjadi  Departemen Ilmu Gizi FKM Undip.
Berdasarkan pengalaman dan pengembangan Tri Dharma PT Bidang Ilmu Gizi, menyadarkan dan membelajarkan penulis, bahwa tidak ada yang instant dan serba mudah dalam menghasilkan dan mewujudkan sesuatu yang tadinya tidak ada menjadi ada dan bermakna dalam Tri Dharma PT Bidang Ilmu Gizi tanpa melalui kegigihan, keberanian bertindak, kebijakan dan kearifan, kerja-kerja kolaboratif dalam menumbuh-kembangkan Ilmu Gizi di Indonesia dan bahkan di Dunia.
Prinsip belajar sesungguhnya proses memerdekan dan memandirikan manusia secara adil dan beradab.  Ditinjau dari tujuan pembelajaran sebenarnya proses belajar tiada ada akhir batasnya;  sejak lahir hingga mati. Belajar dapat sendiri dan mandiri dan atau disertai dosen yang membelajarkan ilmu dengan baik dan terstandarkan. Meskipun tidak terlepas ada kemungkinan seseorang yang dengan otodidak dapat membelajarkan dirinya pada level tertinggi akademik.
     Dosen sejatinya seorang guru besar pada tataran selepas Sekolah Menengah Atas (SMA).  Mengingat jenjang anak didik yang bukan lagi remaja, ataupun kalau masuk kategori remaja lanjut mengarah ke dewasa awal dan dewasa, maka proses pembelajaran-pun  perlu mengalami proses transformasi dari pedagogi (prinsip pembelajaran untuk anak-anak) ke andragogi (prinsip pembelajaran untuk orang dewasa).  Karakteristik anak didik yang berbeda tentu menghasilkan tata cara proses pembelajaran yang berbeda pula dengan lingkungan, dosen, mahasiswa, sumber belajar yang saling mendukung satu sama lain dalam suasana pembelajaran yang produktif dan menyenangkan. 
Pada anak sangat dominan pada pencarian jati diri sebagai manusia, anggota keluarga dan masyarakat, serta tingkat kemandirian yang belum optimum.  Hal-hal seperti ini yang perlu disadari oleh mahasiswa dan dosen sedari awal sehingga mahasiswa diberikan beban tugas-tugas yang setara dengan beban tugas orang dewasa secara mandiri dan bertanggung jawab dalam mengerjakan segala penugasan yang diberikan. Adanya anggapan dari sisi mahasiswa masih menganggap bahwa dirinya masih belum masuk kategori dewasa di satu sisi, dan di sisi lain sudah masuk  dewasa diperlukan bimbingan dan arahan yang baik dan memadai guna memenuhi tuntutan kemandirian yang bertanggung jawab dan berintegritas dalam mengerjakan hal-hal sehari-hari yang berkaitan dengan TuhanNya, dirinya, sesama manusia, dan dengan lingkungan hidupnya.
Pada akhirnya dengan situasi lingkungan pembelajaran yang baik dan kondusif termasuk kebebasan beribadah dan fasilitas ibadah yang baik, sistem administrasi dan penggajian yang baik kepada dosen, Pranata Laboratorium Pranata (PLP), dan tenaga kependidikan lain, didukung dana dan sumber pembelajaran (Perpustakaan, Laboratorium, Teknologi, Akses Informasi) akan sangat memperlancar proses tumbuh kembang suasana akademik dan pada akhirnya mempermudah dosen dan mahasiswa dalam menunjukkan kiprah dan jati diri keilmuan didukung dengan teknologi yang memadai secara nasional dan internasional secara merata pada mayoritas dosen dan mahasiswa di Indonesia.  Tidak lagi bertumpu pada satu dua orang dosen dan mahasiswa; setidaknya mulai saat ini dan ke depan.  Pada akhirnya kita secara bersama-sama akan mengatakan bahwa siap dan sanggup mengarungi dunia dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan berkah.

Agenda ke Depan

Agenda ke Depan